Kamis, 28 Juli 2022

Peran Komite Sekolah, Apa Saja?

Pengertian Komite Sekolah

Awal terbentuknya komite sekolah berdasarkan atas keputusan mentri nasional No.014/U/2002 tanggal 2 april 2002 maka Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dinyatakan tidak berlaku lagi. Sebagai gantinya pada tingkat satuan dapat dibentuk komite sekolah atas prakarsa masyarakat. UUSPN No 20 tahun 2003 pasal 56 ayat 3 menyatakan bahwa komite sekolah / madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Jadi, komite sekolah harus mampu meyakinkan orang tua, pemerintah setempat, dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya bahwa sekolah itu dapat dipercaya. Dengan demikian, sekolah pada tataran teknis perlu mengembangkan kemampuan menganalisis biaya sekolah yang berkorelasi signifikan terhadap mutu pendidikan yang diperolehnya.

Maksud dibentukanya komite sekolah adalah agar suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologi, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, komite sekolah yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Artinya, komite sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model), dan kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

Komite sekolah di suatu sekolah tetap eksis, namun fungsi, tugas, maupun tanggung jawabnya disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Peran komite sekolah bukan hanya sebatas pada mobilisasi sumbangan, dan mengawasi pelaksanaan pendidikan esensi dari partisipasi komite sekolah adalah meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan perencanaan sekolah yang dapat merubah pola pikir, keterampilan, dan distribusi kewenangan atas individual dan masyarakat yang dapat memperluas kapasitas manusia meningkatkan taraf hidup dalam system manajemen pemberdayaan sekolah.

Tugas Komite Sekolah

Tugas utama komite sekolah adalah :

  • Menyusun AD dan ART Komite Sekolah.
  • Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
  • Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
  • Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan masyarakat.
  • Memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada sekolah mengenai: – kebijakan dan program sekolah, RAPBS, kriteria kinerja sekolah, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
  • Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
  • Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
  • Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah.

Fungsi Komite Sekolah

Fungsi komite sekolah untuk menjalankan peran yang telah disebutkan di muka, komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut :

  • Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
  • Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/dunia usaha dan dunia industry (DUDI) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu

Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

Peran Komite Sekolah

Keberadaan komite sekolah harus bertumpu pada landasan partispasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan/ sekolah. Oleh karena itu, pembentukan komite sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Peran komite sekolah adalah :

  • Sebagai lembaga pemberi. Pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
  • Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
  • Sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
  • Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. 
Sumber: silabus. Id

Rabu, 20 Juli 2022

Bagaimanakah Pembelajaran Dan Asesmen Kurikulum Merdeka?

Kemendikbud Ristek telah mengeluarkan Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka Edisi Revisi Tahun 2022 melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan.

Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kurikulum Merdeka Edisi Revisi Tahun 2022 ini merupakan dokumen yang berisi prinsip, strategi, dan contoh-contoh yang dapat memandu guru dan satuan pendidikan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dan asesmen pada Kurikulum Merdeka.


Pembelajaran yang dimaksud meliputi aktivitas merumuskan capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran dan cara mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Sementara asesmen adalah aktivitas selama proses pembelajaran untuk mencari bukti ketercapaian tujuan pembelajaran.

Panduan Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka ini akan terus disempurnakan berdasarkan evaluasi dan umpan balik dari berbagai pihak. Sejalan dengan proses evaluasi tersebut, Panduan ini juga akan mengalami revisi dan pembaruan secara berkala.

Di dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen ini, pembelajaran dan asesmen merupakan satu siklus; dimana asesmen memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang, kemudian asesmen digunakan untuk mengecek efektivitas pembelajaran yang berlangsung.

Oleh karena itu, asesmen yang diutamakan adalah asesmen formatif yang berorientasi pada perkembangan kompetensi peserta didik.

Pemerintah telah menetapkan Capaian Pembelajaran yang menjadi rujukan utama dalam pengembangan rancangan pembelajaran, khususnya untuk kegiatan intrakurikuler.

Panduan Pembelajaran dan Asesmen ini memfasilitasi proses berpikir dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dimulai dari menganalisis capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran mengembangkan alur tujuan pembelajaran, modul ajar, serta asesmen pada awal

pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.

Dokumen ini juga memuat perencanaan serta pelaksanaan asesmen yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, dan pelaporan hasil penilaian atau asesmen.

Panduan Pembelajaran dan Asesmen  difokuskan untuk pembelajaran dan asesmen intrakurikuler, sedangkan panduan untuk projek penguatan profil pelajar Pancasila disampaikan dalam dokumen terpisah.

Untuk pendidik, panduan pembelajaran dan asesmen digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran.

Untuk kepala sekolah, panduan ini dapat menjadi acuan atas fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (instructional leader).

Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah menginspirasi para pendidik untuk berkolaborasi dan berinovasi untuk menciptakan perubahan yang dimulai dari dalam kelas.

Pengawas diharapkan berperan untuk mendampingi kepala sekolah. Pengawas bersama kepala sekolah mendiskusikan dan merefleksikan proses pembelajaran (bukan hanya terfokus pada administrasi), serta memberikan inspirasi praktik baik pelaksanaan pembelajaran dan asesmen dari sekolah lain.

Pengawas juga dapat melakukan pendampingan kepada kepala sekolah dan pendidik yang memerlukan konsultasi dalam menyelesaikan permasalahan dan tantangan dalam pembelajaran.

Sebagai bagian dari komunitas belajar, panduan ini bisa berguna untuk bahan diskusi, dan memantik berbagai ide dalam pembelajaran.

Cara Menggunakan Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka

Satuan pendidikan dan pendidik diberikan kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran, perangkat ajar, dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan daerahnya.

Satuan pendidikan dan pendidik juga memiliki keleluasaan untuk menentukan jenis, teknik, bentuk instrumen, dan waktu pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran.


Di dalam penggunaannya, dokumen ini perlu memperhatikan beberapa regulasi lain sebagai berikut.

  1. Keputusan Mendikbud Ristek tentang Kurikulum Merdeka.
  2. Keputusan Kepala BSKAP tentang Profil Pelajar Pancasila.
  3. Keputusan Kepala BSKAP tentang Capaian Pembelajaran.

Prinsip Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka

Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang sebaiknya tidak dipisahkan. Pendidik dan peserta didik perlu memahami kompetensi yang dituju sehingga keseluruhan proses pembelajaran diupayakan untuk mencapai kompetensi tersebut.

Kaitan antara pembelajaran dan asesmen, digambarkan dan diilustrasikan melalui ilustrasi berikut.

Pembelajaran dapat diawali dengan proses perencanaan asesmen dan perencanaan pembelajaran. Pendidik perlu merancang asesmen yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, pada saat pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran.

Perencanaan asesmen, terutama pada asesmen awal pembelajaran sangat perlu dilakukan karena untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik.

Perencanaan pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan asesmen pembelajaran yang disusun dalam bentuk dokumen yang fleksibel, sederhana, dan kontekstual.

Tujuan Pembelajaran disusun dari Capaian Pembelajaran dengan mempertimbangkan kekhasan dan karakteristik Satuan Pendidikan.

Pendidik juga harus memastikan tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan dan kebutuhan peserta didik. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang dirancang untuk memberi pengalaman belajar yang berkualitas, interaktif, dan kontekstual.


Pada siklus ini, pendidik diharapkan dapat menyelenggarakan pembelajaran yang : (1) interaktif; (2) inspiratif; (3) menyenangkan; (4) menantang; (5) memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan (6) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

Sepanjang proses pembelajaran, pendidik dapat mengadakan asesmen formatif untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran sudah dicapai oleh peserta didik.

Tahapan selanjutnya adalah proses asesmen pembelajaran. Asesmen pembelajaran diharapkan dapat mengukur aspek yang seharusnya diukur dan bersifat holistik.

Asesmen dapat berupa formatif dan sumatif. Asesmen formatif dapat berupa asesmen pada awal pembelajaran dan asesmen pada saat pembelajaran. Asesmen pada awal pembelajaran digunakan mendukung pembelajaran terdiferensiasi sehingga peserta didik dapat memperoleh pembelajaran sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Sementara, asesmen formatif pada saat pembelajaran dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses belajar yang dapat dijadikan acuan untuk perencanaan pembelajaran dan melakukan revisi apabila diperlukan.

Apabila peserta didik dirasa telah mencapai tujuan pembelajaran, maka pendidik dapat meneruskan pada tujuan pembelajaran berikutnya.

Akan tetapi apabila tujuan pembelajaran belum tercapai, pendidik perlu melakukan penguatan terlebih dahulu. Selanjutnya, pendidik perlu mengadakan asesmen sumatif untuk memastikan

ketercapaian dari keseluruhan tujuan pembelajaran.

Ketiga tahapan ini akan terus berlangsung dalam bentuk siklus seperti gambar di atas. Di dalam prosesnya, pendidik dapat melakukan refleksi, baik dilakukan secara pribadi maupun dengan bantuan kolega pendidik, kepala satuan pendidikan, atau pengawas sekolah.

Oleh karena itu, proses pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang bermuara untuk membantu keberhasilan peserta didik di dalam kelas.

Pemerintah tidak mengatur pembelajaran dan asesmen secara detail dan teknis. Namun demikian, untuk memastikan proses pembelajaran dan asesmen berjalan dengan baik,

Pemerintah menetapkan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen. Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan dapat memandu pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta didik lebih kreatif, berpikir kritis, dan inovatif.


Prinsip Pembelajaran

  1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
  2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
  3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik.
  4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra.
  5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.

Prinsip Asesmen

  1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
  2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.
  3. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai selanjutnya.
  4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai,

serta strategi tindak lanjut.

  1. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Sumber: naik pangkat. Com

Apa Sajakah Tugas Koordinator Projek P-4?

Tugas koordinator projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah:
1. mengembangkan kemampuan, kepemimpinan, dalam mengelola 
projek penguatan profil pelajar Pancasila di satuan pendidikan;
2. mengelola sistem yang dibutuhkan oleh pendidik sebagai fasilitator 
projek penguatan profil pelajar Pancasila dan peserta didik untuk menyelesaikan projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan 
sukses, dengan dukungan dan kolaborasi dari koordinator dan 
pimpinan satuan pendidikan;
3. memastikan kolaborasi pembelajaran terjadi di antara para pendidik 
dari berbagai mata pelajaran; dan
4. memastikan tujuan dan asesmen pembelajaran yang diberikan sesuai 
dengan capaian profil pelajar Pancasila dan kriteria kesuksesan yang 
sudah ditetapkan.
Tugas sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 4 di atas 
dibuktikan dengan:
1. surat tugas sebagai koordinator projek penguatan profil pelajar 
Pancasila dari kepala satuan pendidikan;
2. program dan jadwal kegiatan koordinator projek penguatan profil pelajar Pancasila yang ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan; 
dan
3. laporan hasil kegiatan koordinator projek penguatan profil pelajar 
Pancasila yang ditandatangani oleh kepala satuan pendidikan.
Beban kerja tugas tambahan sebagai koordinator projek penguatan profil 
pelajar Pancasila dapat diekuivalensikan dengan 2 (dua) jam tatap muka 
per 1 (satu) rombongan belajar setiap tahun untuk pemenuhan jam tatap 
muka paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per-minggu dan 
paling banyak mengampu 3 (tiga) rombongan belajar. 
Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN, 
KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI 
REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 262/M/2022

Selasa, 19 Juli 2022

MPLS, Untuk Apa?


Seluruh siswa di Indonesia memasuki tahun ajaran baru 2022-2023. Seluruh siswa kini menjalani Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sekolah masing masing.

Sebagian sekolah telah menjalankan MPLS, tetapi sebagian yang lain baru menyelenggarakan MPLS hari ini, 18 Juli 2022. Pelaksanaan MPLS dilangsungkan selama 3 hari.



MPLS bertujuan agar siswa baru lebih mengenal sekolah barunya. Kegiatan MPLS dirancang berdasarkan aturan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016


Pengenalan lingkungan sekolah meliputi: pengenalan sarana dan prasarana sekolah, pengenalan konsep pengenalan diri, pengenalan program, pengenalan cara belajar, pembinaan awal kultur sekolah.


Tujuan MPLS, sebagaimana dikutip dari akun Instagram @kemdikbud.ri, adalah sebagai berikut.

1. Mengenali potensi peserta didik baru melalui formulir profil peserta didik yang terdiri dari identitas, riwayat kesehatan, potensi/bakat, sifat/perilaku, dan profil orang tua/wali.


2. Menumbuhkan motivasi, semangat dan cara belajar efektif peserta didik.
3. Menumbuhkan perilaku positif, jujur, mandiri, menghargai, menghormati keanekaragaman, dan persatuan, disiplin, hidup bersih dan sehat.


4. Membantu peserta didik beradaptasi dengan aspek keamanan, fasilitas umum dan sarana prasarana sekolah.
5. Mengembangkan interaksi positif antar peserta didik dan warga sekolah lainnya.
6. Kepala sekolah bertanggung jawab penuh atas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pengenalan lingkungan.


Hal yang wajib dilakukan dalam MPLS adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan dan penyelenggara kegiatan hanya menjadi hak guru.
2. Kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah, kecuali jika sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadai.
3. Kegiatan yang bermanfaat bersifat edukatif, kreatif dan menyenangkan.


4. Peserta didik baru memakai seragam dan atribut resmi dari sekolah
5. Sekolah wajib meminta izin secara tertulis dari orang tua/wali calon peserta kegiatan pengenalan anggota baru ekstrakurikuler. Rincian kegiatan PLS disertakan pada saat minta izin secara tertulis.
6. Sekolah wajib menugaskan paling sedikit 2 (dua) orang guru untuk mendampingi kegiatan pengenalan anggota baru ekstrakurikuler. 


Sumber: pikiran-rakyat. Com

Senin, 18 Juli 2022

Implementasi Kurikulum Merdeka, Bagaimana?

Bagaimanakah Implementasi Kurikulum Merdeka Secara Mandiri di Sekolah? 

Kemendikbudristek dengan banyak pertimbangan dan diskusi akhirnya menyusun suatu panduan, pedoman, atau tata cara untuk mengganti sistem pendidikan yang “mekanis” tersebut, hal inilah yang kemudian dinamakan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka merupakan Kurikulum yang berfokus pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki keterampilan digital dan pola pikir yang kreatif, demi menghadapi perkembangan teknologi dan adaptasinya.

Sehingga, Kurikulum Merdeka akan sangat cocok apabila diterapkan untuk menggantikan Kurikulum 2013 di lingkungan sekolah meskipun masih berupa “opsi”. Opsi disini bermaksud bahwa tidak semua sekolah harus langsung menerapkan Kurikulum ini.

Menurut rencana Kemendikbudristek, implementasi Kurikulum Merdeka ini akan siap dilaksanakan secara maksimal pada tahun 2024. Sehingga sejak 2022 ini perlahan dibiasakan agar siap untuk full implemented.


Di samping itu, bagaimana langkah-langkah agar Kurikulum Merdeka ini dapat diimplementasikan secara maksimal? Adakah langkah-langkah yang bisa diterapkan di lingkungan sekolah secara mandiri?

Dilansir dari laman kurikulum.gtk.kemdikbud, terdapat beberapa strategi Implementasi Kurikulum Merdeka yang bisa dilakukan dengan mandiri.

  1. Rute Adopsi Kurikulum Merdeka Secara Bertahap

Strategi implementasi ini melakukan pendekatan dengan memfasilitasi satuan pendidikan mengenai kesiapannya sebagai dasar menentukan pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka. Hal ini dilakukan untuk memetakan kebutuhan penyesuaian dukungan dengan jangka kurang lebih per 3 bulan untuk memberikan feedback kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

  1. Menyediakan Asesmen dan Perangkat Ajar (High Tech)

Pendekatan ini menggunakan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk membantu tenaga pendidik dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka. Strategi ini menyediakan beragam pilihan asesmen dan perangkat ajar seperti buku, modul, contoh asesmen, laporan, projek siswa, dan lainnya.


  1. Menyediakan Pelatihan Mandiri dan Sumber Belajar Guru (High Tech)

Adaptasi Kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajaran berupa pelatihan mandiri yang dapat diakses secara daring oleh guru maupun tenaga kependidikan lain, namun tetaep disertai sumber belajar dalam bentuk video, pocast, atau ebook yang tentunya dapat diakses dan didistribusikan melalui media sharing terkait.

  1. Menyediakan Narasumber Kurikulum Merdeka (High Touch)

Hal ini dilakukan dengan melaksanakan webinar atau pertemuan luring untuk satuan pendidikan terkait. Misalnya pembahasan mengenai Implementasi Kurikulum Merdeka di lingkungan SMA yang diselenggarakan oleh Kemendikbud daerah atau lembaga terkait. Dengan demikian, sekolah mampu dengan maksimal memahami tata implementasi dari Kurikulum Merdeka.

5. Belajar (High Touch)

Komunitas belajar ini akan efektif untuk dilakukan karena dibentuk oleh lulusan Guru Penggerak atau berdasarkan inisiasi dari pengawas sekolah sebagai wadah saling berbagi hasil implementasi. Adaptasi ini dapat dilakukan di internal satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.


Sumber: naik pangkat. Com

Menyusun Modul Projek P-4, Bagaimana?

Penyusunan modul projek P-4, untuk apa? 

Modul projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, media pembelajaran, dan asesmen yang dibutuhkan untuk melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul projek profil yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik.

Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dijadikan inspirasi untuk satuan pendidikan.

Satuan pendidikan dan pendidik dapat mengembangkan modul projek profil sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, memodifikasi, dan/atau menggunakan modul projek profil yang disediakan Pemerintah sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik.

Oleh karena itu, pendidik yang menggunakan modul projek profil yang disediakan Pemerintah tidak perlu lagi menyusun modul projek profil.

Tujuannya adalah guna menyusun dokumen yang mendeskripsikan perencanaan kegiatan projek sebagai panduan bagi pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam tema tertentu.

Komponen Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, apa saja? 

Modul projek profil dilengkapi dengan komponen yang menjadi dasar dalam proses penyusunannya serta dibutuhkan untuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran. Modul projek profil pada dasarnya memiliki komponen sebagai berikut:

  • Informasi umum, terdiri atas identitas penulis modul, sarana dan prasarana, target peserta didik, serta relevansi tema dan topik projek untuk satuan pendidikan.
  • Komponen inti, terdiri atas deskripsi singkat projek, dimensi dan subelemen dari Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan, tujuan spesifik untuk fase tersebut, alur kegiatan projek secara umum, asesmen, pertanyaan pemantik, pengayaan dan remedial, serta refleksi peserta didik dan pendidik.
  • Lampiran, Terdiri atas lembar kerja peserta didik, bahan bacaan pendidik dan peserta didik, glosarium, dan daftar pustaka.

Tim fasilitator memiliki kebebasan untuk mengembangkan komponen dalam modul projek profil pelajar Pancasila, untuk menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik.

Modul dapat diperkaya dengan menambahkan komponen berikut:

Bagaimanakah Tahapan Pengembangan Modul Projek Profil Pelajar Pancasila? 

Satuan pendidikan dapat menentukan pilihan pengembangan modul projek profil sesuai dengan tingkat kesiapannya (sesuai kondisi dan kebutuhan) sebagai berikut:

1. Tahap Awal

Menggunakan modul projek profil yang sudah tersedia: Melakukan adaptasi modul dengan kondisi sekolah.

2. Tahap Berkembang

Menggunakan modul projek profil yang sudah tersedia: Melakukan modifikasi di beberapa bagian modul, baik dari topik, tujuan, aktivitas, maupun asesmennya sehingga lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

3. Tahap Lanjutan

Merancang modul projek profil secara mandiri: Melakukan penyusunan modul projek profil dari tahap pemilihan tema dan tujuan hingga pengembangan aktivitas dan asesmen secara mandiri.

Bagaimanakah Langkah Persiapan Modul Projek Profil Pelajar Pancasila? 

Adapun langkah persiapan modul projek profil pelajar Pancasila adalah sebagai berikut:

  1. Mengidentikasi dan memetakan kondisi serta kebutuhan peserta didik.
  2. Menentukan perancangan modul berdasarkan tahap kesiapan satuan pendidikan.
  3. Mengadaptasi/ memodikasi modul yang sudah tersedia atau bisa juga merancang modul secara mandiri
  4. Mengidentikasi, memodikasi, dan menyelaraskan modul.
  5. Menyusun tujuan, merancang asesmen, dan mengembangkan aktivitas.

Modul projek profil pelajar Pancasila bersifat fleksibel. Pendidik memiliki kemerdekaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul projek yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didiknya.

Pemerintah menyediakan beragam contoh modul projek dari berbagai fase dan tema yang berbeda untuk membantu pendidik yang membutuhkan referensi atau inspirasi dalam pengelolaan projek.


Sumber: naik pangkat. Com

Menyusun Modul Ajar, Bagaimana?

Apa sajakah komponen modul ajar? 

Komponen modul ajar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu memuat Informasi umum; (2) Komponen Inti; dan (3) Lampiran.

A. Informasi Umum

1. Identitas Sekolah

Informasi tentang modul ajar yang dikembangkan terdiri dari:

  • Nama penyusun, institusi, dan tahun disusunnya Modul Ajar;
  • Jenjang sekolah (SD/SMP/SMA);
  • Kelas; dan
  • Alokasi waktu (penentuan alokasi waktu yang digunakan adalah alokasi waktu sesuai dengan jam pelajaran yang berlaku di unit kerja masing-masing).

2. Kompetensi Awal

Kompetensi awal adalah pengetahuan dan/atau keterampilan yang perlu dimiliki siswa sebelum mempelajari topik tertentu. Kompetensi awal merupakan ukuran seberapa dalam modul ajar dirancang.

3. Profil Pelajar Pancasila

Merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan pembelajaran yang berkaitan erat dengan pembentukan karakter peserta didik. Profil Pelajar Pancasila (PPP) dapat tercermin dalam konten dan/atau metode pembelajaran.


Di dalam modul pembelajaran, Profil Pelajar Pancasila tidak perlu mencantumkan seluruhnya, namun dapat memilih Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran dalam modul ajar.

Enam dimensi Profil Pelajar Pancasila saling berkaitan dan terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran melalui (terlihat dengan jelas di dalam):

  • materi/isi pelajaran,
  • pedagogi, dan/atau
  • kegiatan projek atau
  • asesmen

Setiap modul ajar memuat satu atau beberapa unsur dimensi Profil Pelajar Pancasila yang telah ditetapkan.

4. Sarana dan Prasarana

Merupakan fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sarana merujuk pada alat dan bahan yang digunakan, sementara prasarana di dalamnya termasuk materi dan sumber bahan ajar lain yang relevan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Ketersediaan materi disarankan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik baik dengan keterbatasan atau kelebihan.

Teknologi, termasuk sarana dan prasarana yang penting untuk diperhatikan, dan juga dimanfaatkan agar pembelajaran lebih dalam dan bermakna.


Peserta didik yang menjadi target, yaitu sebagai berikut.

  1. Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami materi ajar.
  2. Peserta didik dengan kesulitan belajar: memiliki gaya belajar yang terbatas hanya satu gaya, misalnya dengan audio. Memiliki kesulitan dengan bahasa dan pemahaman materi ajar, kurang percaya diri, dan kesulitan berkonsentrasi jangka panjang.
  3. Peserta didik dengan pencapaian tinggi: mencerna dan memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan berfikir aras tinggi (HOTS), dan memiliki keterampilan memimpin.
  4. Model Pembelajaran yang digunakan

Merupakan model atau kerangka pembelajaran yang memberikan gambaran sistematis pelaksanaan pembelajaran.

Model pembelajaran dapat berupa model pembelajaran tatap muka, pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (PJJ Daring), pembelajaran jarak jauh luar jaringan (PJJ Luring), dan blended learning.

B. Komponen Inti

  1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran harus mencerminkan hal-hal penting dari pembelajaran dan harus bisa diuji dengan berbagai bentuk asesmen sebagai bentuk dari unjuk pemahaman.

Tujuan pembelajaran menentukan kegiatan belajar, sumber daya yang digunakan, kesesuaian dengan keberagaman murid, dan metode asesmen yang digunakan.


Tujuan pembelajaran bisa dari berbagai bentuk: pengetahuan yang berupa fakta dan informasi, dan juga prosedural, pemahaman konseptual, pemikiran dan penalaran keterampilan, dan kolaboratif dan strategi komunikasi.

  1. Pemahaman Bermakna

Pemahaman bermakna adalah informasi tentang manfaat yang akan peserta didik peroleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Manfaat tersebut nantinya dapat peserta didik terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh kalimat pemahaman bermakna:

  • Manusia berorganisasi untuk memecahkan masalah dan mencapai suatu tujuan.
  • Makhluk hidup beradaptasi dengan perubahan habitat.

3. Pertanyaan Pemantik

Pertanyaan pemantik dibuat oleh guru untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis dalam diri peserta didik.

Pertanyaan pemantik memandu siswa untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Contohnya pada pembelajaran menulis cerpen, guru dapat mendorong pertanyaan pemantik sebagai berikut.

  • Apa yang membuat sebuah cerpen menarik untuk dibaca?
  • Jika kamu diminta untuk membuat akhir cerita yang berbeda, apa yang akan kamu usulkan?

4. Kegiatan Pembelajaran

Urutan kegiatan pembelajaran inti dalam bentuk langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dituangkan secara konkret, disertakan opsi/pembelajaran alternatif dan langkah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa.


Langkah kegiatan pembelajaran ditulis secara berurutan sesuai dengan durasi waktu yang direncanakan, meliputi tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup berbasis metode pembelajaran aktif.

5. Asesmen

Asesmen digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran di akhir kegiatan. Kriteria pencapaian harus ditentukan dengan jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Jenis asesmen:

  • Asesmen sebelum pembelajaran (diagnostik)
  • Asesmen selama proses pembelajaran (formatif)
  • Asesmen pada akhir proses pembelajaran (sumatif).

Bentuk asesmen yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.

  • Sikap (Profil Pelajar Pancasila) dapat berupa: observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan anekdotal.
  • Performa (presentasi, drama, pameran hasil karya, dan jurnal)
  • Tertulis (tes objektif: essay, pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah).
  • Pengayaan dan Remidial

Pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal.


Remedial diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami materi atau pembelajaran mengulang.

Saat merancang kegiatan pengayaan, perlu diperhatikan mengenai diferensiasi contohnya lembar belajar/kegiatan yang berbeda dengan kelas.

C. Lampiran

  1. Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar kerja siswa ini ditujukan untuk peserta didik (bukan guru) dan dapat diperbanyak sesuai kebutuhan untuk diberikan kepada peserta didik termasuk peserta didik nonreguler.

  1. Bahan Bacaan Guru dan Peserta Didik

Bahan bacaan guru dan peserta didik digunakan sebagai pemantik sebelum kegiatan dimulai atau untuk memperdalam pemahaman materi pada saat atau akhir kegiatan pembelajaran.


  1. Glosarium

Glosarium merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang secara alfabetikal yang dilengkapi dengan definisi dan artinya. Glosarium diperlukan untuk kata atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.

  1. Daftar Pustaka

Daftar pustaka adalah sumber-sumber referensi yang digunakan dalam pengembangan modul ajar. Referensi yang dimaksud adalah semua sumber belajar (buku siswa, buku referensi, majalah, koran, situs internet, lingkungan sekitar, dan narasumber)

Sumber: naik pangkat. Com

Minggu, 17 Juli 2022

Branding Sekolah Kita, Bagaimana?

Apa saja produk unggulan di sekolah kita? Layanan hafalan Juz Amma, hafidz Al Qur'an, Baca Kitab Kuning, MTQ, Pramuka, OSN, O2SN, FLS2N,  English Conversation Club, Boso Jowo Sedino, bathik tulis, TIK, atau yang lain? 

Saat ini sekolah-sekolah berlomba menghadirkan fasilitas unggul untuk menarik lebih banyak pendaftar. Branding sekolah mulai diperhatikan untuk meningkatkan awareness di masyarakat. 

Sekolah ibarat suatu merek dagang. Brandingnya harus  dibentuk sedemikian rupa supaya menarik minat orang tua untuk mendaftarkan anaknya atau menarik minat anak-anak untuk masuk sekolah tersebut.

Branding adalah suatu usaha untuk menciptakan sebuah merek dengan karakteristik image yang unik dan spesifik. 

Dalam branding, ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan yaitu: nama merek, visi-misi, logo, jargon, media sosial, dan website.

Pembentukan unsur-unsur tersebut akan menjadi bahan untuk marketing. 


Proses branding yang baik harus bisa menghasilkan suatu image tertentu di masyarakat. Brand image sekolah adalah hal yang dipahami oleh masyarakat tentang sekolah tersebut.

Dengan image yang sudah terbentuk, proses marketing akan menjadi lebih mudah.

beberapa strategi branding yang bisa diterapkan untuk sekolah.


1. Membuat Seragam Sekolah yang Keren

Seragam adalah hal yang paling pertama dilihat oleh orang-orang. Untuk menarik perhatian, sekolah bisa mendesain seragam khusus yang punya ciri khas kuat, entah itu desain atau warnanya. 

Unik bukan berarti norak. Desain seragam harus dibuat tampak keren agar anak-anak merasa bangga saat memakainya.

2. Membentuk Suatu Ciri Khas Positif

Supaya bisa bersaing dengan banyak sekolah lainnya, harus ada suatu ciri khas positif yang diunggulkan. Ciri khas yang bisa menjadi identitas membanggakan. 

Ciri khas tersebut bisa berupa metode pembelajaran khusus atau sejumlah prestasi diberbagai bidang. Mendorong prestasi ekstrakurikuler bisa menjadi salah satu cara membentuk suatu ciri khas positif.

Contoh ciri khas yang bisa diunggulkan sekolah misalnya sekolah dengan pendidikan berbasis teknologi, pendidikan agama, pendidikan sains unggulan, sekolah dengan metode pembelajaran yang inovatif, sekolah dengan prestasi olahraga seperti basket atau sepak bola, sekolah dengan karakter seni, sekolah yang mendukung seni tradisi, dll.

Sekolah bisa fokus menonjolkan beberapa ciri khas. Terlalu berat jika harus mengejar semua nilai. 

Sekolah yang memiliki ciri khas akan lebih mudah untuk dikenal dan diingat.


3. Mengejar Prestasi

Ada banyak digelar kompetisi antar sekolah. Kompetisi semacam ini adalah salah satu sarana yang cukup efektif untuk membangun citra dan ciri khas sekolah.

Pihak sekolah bisa mendalami potensi anak-anak didiknya. Tentukan satu hal yang cukup menonjol dan cukup kuat untuk dikompetisikan. 

Hal tersebut bisa bersifat akademik maupun non akademik.

Jika sekolah sudah memiliki prestasi di suatu bidang, tradisi tersebut sebisa mungkin harus dipertahankan. Pihak sekolah bisa mendekati anak-anak atau melakukan upaya rekrutmen pada anak-anak yang berpotensi di bidang tersebut. 

Pihak sekolah bisa menawarkan beasiswa prestasi untuk menarik minat siswa tersebut.

Contohnya jika sekolah sudah terkenal dengan prestasi tim basketnya, pihak sekolah bisa merekrut siswa yang berpotensi di olahraga basket dengan memberi beasiswa prestasi.

4. Dokumentasi dan Publikasi Menarik

Pengelola sekolah harus sadar pentingnya dokumentasi menarik dan publikasi berstrategi. Kedua hal ini saling mempengaruhi satu sama lain.

Dokumentasi visual harus diseleksi sedemikian rupa dengan standar yang baik. 

Hal-hal yang bisa menghadirkan cerita bisa didokumentasikan. Misalnya, prestasi sekolah, guru dengan metode pembelajaran inovatif, murid yang meraih prestasi tertentu, kegiatan sekolah yang menarik, infrastruktur sekolah yang lengkap, dll.

Dokumentasi yang baik akan menjadi materi promosi yang baik pula.

Dokumentasi visual sebaiknya diiringi dengan dokumentasi tulisan. Dokumentasi tulisan bisa dibuat berupa story telling yang menarik. Keduanya bisa saling melengkapi dan menghasilkan suatu dokumentasi yang memiliki value.

Selain foto, dokumentasi visual harus disertai dengan branding design. Pihak sekolah bisa merumuskan font, pemilihan warna, dan corak yang menunjukan identitas sekolah.

Dokumentasi tersebut harus dipublikasi supaya diketahui khalayak. Manfaatkan berbagai platform digital untuk publikasi. Strategi digital melalui internet harus dioptimalkan supaya informasi tersebar dengan efektif.

Pihak sekolah bisa melakukan pendekatan ke jaringan jurnalis. 

Setiap kali sekolah mendapatkan prestasi yang cukup prestisius, atau ada anggota sekolah (siswa atau guru) yang berhasil menciptakan suatu inovasi, pihak sekolah bisa menghubungi jurnalis untuk memuat kisah tersebut.

Publikasi di media bisa menghasilkan impact yang cukup besar. Brand image akan terbentuk lebih kokoh di benak masyarakat.

5.  Pemanfaatan Teknologi 

Website dan sosmed adalah elemen digital yang wajib ada sebagai tempat publikasi dan sumber informasi.

Pembuatan website tidak bisa sembarangan. Website harus memiliki User Interface yang menarik dan mudah dipahami. 

Website juga akan menjadi pusat informasi. Jadi semua informasi yang butuh diketahui oleh publik, harus tersaji dengan baik.

Sosmed juga harus dikelola dengan baik. Konten sosmed didesain semenarik mungkin dengan template tertentu. Template tersebut harus memenuhi unsur warna dan bentuk yang sesuai dengan branding.


6. Membuat Slogan

Tagline atau slogan terkesan sepele. Tapi dalam branding, hal tersebut sangatlah krusial. 

Membuat tagline atau slogan adalah salah satu cara meningkatkan brand awareness. Tagline atau slogan yang baik bisa masuk dan tertanam di alam bawah sadar orang-orang. 

Contoh tagline yang cukup efektif dan bisa kuat menempel di benak masyarakat adalah milik BSI. “Kuliah? BSI Aja!” adalah tagline yang sangat kuat dan berpengaruh besar pada awareness masyarakat akan keberadaan perguruan tinggi BSI.

Membuat slogan tidak bisa sembarangan. Slogan harus bisa menekankan komitmen institusi dan mencerminkan kepribadian institusi. Kata-kata dalam slogan harus bisa menghasilkan irama yang menarik dengan susunan kata yang singkat namun powerful.

7. Menciptakan Alumni yang Memiliki Value

Berhasil menciptakan alumni yang bernilai adalah cara membangun brand yang kuat untuk sekolah. Masyarakat lebih terpukau pada institusi pendidikan yang alumninya terkenal dengan berbagai kapasitas, prestasi dan pencapaiannya. 

Satu-satunya cara untuk bisa mencapai hal tersebut adalah dengan menghadirkan pendidikan berkualitas. Pihak sekolah harus bisa mendidik dengan baik sehingga peserta didiknya tumbuh menjadi orang-orang yang memiliki value.

Nah, pihak sekolah bisa mendevelop value apa yang akan dijadikan output. 

Contohnya, alumni yang dikenal ahli mencipta, alumni yang ahli berbahasa asing, alumni yang ahli di bidang teknologi, alumni yang ahli di bidang olahraga, alumni yang berakhlak dan memahami agama, dll.

Branding sekolah adalah hal penting untuk dilakukan di era sekarang ini. Persaingan antar sekolah sudah semakin ketat. Jika tidak bisa membentuk image yang menarik minat, sekolah akan kekurangan peserta didik.


Sumber: Pintek. id

Kamis, 14 Juli 2022

Setrategi Pembelajaran Berdiferensiasi, bagaimana?

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang menyediaan kebutuhan belajar siswa yang beragam. Guru tidak bisa memberikan perlakuan yang sama pada siswa. Guru harus bisa memfasilitasi sesuai kebutuhan siswa yang mempunyai ragam karakteristik berbeda-beda.

Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain, lingkungan belajar yang membuat siswa ingin belajar, kurikulum dengan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar siswa, dan manajemen kelas efektif.


Perlu pemikiran yang matang dan bijak untuk mengambil tindakan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini tidak berarti dalam pembelajaran berdiferensiasi memberikan perlakuan dan tindakan berbeda tiap siswa, ataupun pembelajaran yang membedakan antara siswa yang pintar dengan yang kurang pintar.

Harusnya, penerapan pembelajaran berdiferensiasi dilakukan oleh guru dengan menggunakan beragam cara dalam proses pembelajaran . Supaya siswa dapat lebih mudah mengeksploitasi isi kurikulum sesuai tahapan kemampuan siswa.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, beragam kegiatan pembelajaran harus memiliki maksud ataupun tujuan dan masuk akal untuk dilakukan oleh siswa. Supaya siswa dapat mengerti dan memiliki informasi mengapa siswa harus melakukan kegiatan tersebut. Serta, guru bisa memberikan beragam pilihan di mana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.


Lalu, strategi-strategi apa yang dapat dilakukan guru dalam penerapan pembelajaran diferensiasi?

Perlu diperhatikan ada tiga strategi pembelajaran yang harus dipelajari.

1. Diferensiasi konten

Diferensiasi Konten merupakan materi atau informasi apa yang akan diajarkan kepada siswa. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar siswa maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat atau materi dan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

2. Diferensiasi proses

Proses menekankan pada bagaimana siswa dapat memahami atau memaknai apa yang telah dipelajari. Diferensiasi proses bisa dilakukan dengan cara menggunakan kegiatan berjenjang atau bertahap, meyediakan pertanyaan pemandu atau challenge yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat, membuat agenda individual untuk siswa (daftar tugas, memberikan waktu lama atau durasi yang siswa dapat ambil untuk menyelesaikan tugas), mengembangkan kegiatan yang beragam dan tidak monoton.

3. Diferensiasi produk

Diferensiasi produk merupakan menampilkan dan mendemonstrasikan hasil pekerjaan siswa kepada guru (tugas berupa project). Produk yang diberikan meliputi 2 hal yitu memberikan challenge dan keragaman atau variasi. Serta memberikan siswa pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.


Sumber: Naik pangkat. Com

Selasa, 12 Juli 2022

8 Skill Guru Di Era Kurikulum Merdeka

Apa saja skill bagi seseorang dalam memancing ikan? Ia memerlukan skill, antara lain: 

1. Ketepatan memilih lokasi. Jadi, perihal yang kontekstual perlu menjadi pertimbangan. 

2. Ketepatan memilih umpan. Ya, inilah yang disebut materi esensial. 

3.Ketepatan penggunaan media. Di sinilah Sang Pemancing membutuhkan variasi gaya memancing. 

Di ranah pembelajaran dalam Kurikulum merdeka, apa saja skill yang dibutuhkan Sang Guru hingga berhasil memancing dan meningkatkan minat, motivasi, aktifitas, dan prestasi belajar siswa? 

Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka terdiri dari tiga hal, diantaranya :

  • Pembelajaran Berbasis Proyek/Studi Kasus
  • Fokus pada Materi Esensial
  • Fleksibilitas Pengajaran bagi guru


  •  Singkatnya, Kurikulum Merdeka cenderung mengimplementasikan fleksibilitas dalam mengajar, berfokus pada cara materi-materi yang esensial pada murid, dan menggunakan contoh sehari-hari agar membangkitkan daya pikir siswa.
Dengan begitu siswa dapat dengan progresif mengalami peningkatan pemahaman sesuai dengan kebutuhan maupun perubahan zaman.

 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nyoman, dkk pada tahun 2019, terdapat beberapa skills yang dibutuhkan oleh guru dalam kelas dan sesuai pada visi dari Kurikulum Merdeka:

1. Question Skill
Skill ini merupakan hal yang wajib dimiliki oleh guru untuk meningkatkan pemikiran kritis, problem solving skill, dan rasa kepercayaan diri. Hal ini dapat dilakukan di tengah kegiatan mengajar dengan maksud untuk tetap berekspresi, fokus, berdiskusi dan menyederhanakan pemahaman dari materi yang disampaikan.

2. Reinforcement Skill
Reinforcement disini berarti penguatan pemahaman dari apa yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Hal ini dapat berupa feedback atau tanggapan oleh siswa dalam kelas dan ekspresi, gestur, gerakan maupun aktivitas menyenangkan lainnya dalam proyek tugas yang diberikan.

3. Variation Skill
Kunci dari variasi disini bermaksud untuk menghilangkan rasa bosan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Variasi dapat berupa break untuk meluapkan emosi sejenak atau mengobrol bahkan bercerita bersama. Kegiatan semacam ini dapat kembali memfokuskan siswa kembali di dalam pembelajaran.

4. Explaining Skill
Pada dasarnya, dalam kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan pemahaman konseptual dari materi yang diterimanya. Skill yang diperlukan guru dalam mempersiapkan dan menyampaikannya secara logis namun dengan gambaran tentang why, what, dan how sesuatu tersebut terjadi.
5. Opening and Closing Skill
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, siswa biasanya memerlukan atmosfer khusus untuk menyenangkan mentalnya di kelas. Hal ini dapat pula berasal dari cara pembawaan dan pembukaan kalimat yang disampaikan guru.

  1. Small Group Discussion (SGD)

SGD adalah hal mendasar yang biasanya dilakukan di dalam kelas apabila terdapat isu yang membutuhkan interaksi face-to-face. Beberapa komponen dari SGD diantaranya adalah memfokuskan perhatian pada masalah, mengklasifikasi masalah, analisis sudut pandang siswa, mengembangkan deskripsi masalah, berdiskusi atas solusi, dan tentu menyampaikan kesimpulan berupa solusi.

  1. Classroom Management Skill

Manajemen kelas disini diartikan agar situasi belajar mengajar masih kondusif dan menyenangkan, materi yang disampaikan guru juga dapat diterima oleh siswa karena semua pihak dalam kelas terkondisikan dengan baik.

  1. Skill of Organizing Small Group and Individual Work

Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan diantaranya adalah pendekatan personal, manajemen diri, penerjemahan dan panduan pembelajaran, serta implementasi aktivitas belajar pada tiap bab yang disampaikan.


Sumber: naik pangkat. com