Rabu, 06 Mei 2020

Man Anta?

engkau, siapa?
Mengambil palu-Ku
 menghakimi sesama

engkau, siapa?
Mencuri selendang-Ku
mengibarkan angkuhnya jiwa

engkau, siapa?
Bertingkah makar di altar-Ku
Semau hawa

engkau, siapa?
Bertindak liar di singgasana-Ku
Menerbangkan sayap dusta

engkau, siapa?
Mengaku abdi
Memboyong pelana-Ku semaunya

engkau, siapa?
Mengobral wacana
Menguras laut-Ku tanpa asa

engkau, siapa?
Memutar lidah
Menghabiskan malam-Ku tanpa cinta

engkau, siapa?
Mengaum sepanjang siang
Merampas matahari-Ku dengan rakusnya

engkau, siapa?
Bermain logika
Menjadi berhala

engkau, siapa?
Melipat-gandakan busa
Tanpa aroma

engkau,
hanya berkata-kata
Tanpa makna
Juga, tanpa bukti nyata

***









Minggu, 03 Mei 2020

Dimanakah, Dia?

Nak, Ayo Berpuasa...
(Untuk melihat-Nya)
###

Berpuasa
Untuk mengikuti Sunnah Rasul-Nya
Kebesaran-Nya...
Kejayaan agama-Nya...

Lebih dari diet...
Menunda jadwal makan ...
Minum...
Gerak libido...
Arus ambisi...
Warna mimpi...
Di tengah Corona....

"Dia dimana?", bertanyalah Si Kecil. "Khok, aku tak pernah melihat-Nya?"

"Bisakah engkau bangun malam
Untuk menatap rembulan-Nya?", Sang Ayah balik bertanya.
"Tidak."

"Bisakah jarimu menghitung banyaknya galaksi-Nya?"
"Tidak"

"Bisakah kalkulatormu menjumlah butiran pasir di pantai-Nya?"
"Tidak"

"Bisakah dirimu memeluk matahari-Nya?"
"Tidak"

"Jika, dirimu tak mengenal ciptaan-Nya, bagaimanakah mungkin engkau mendekati-Nya?"

Sang Ayah memeluk Si Kecil.
"Ya, jika, hari ini engkau belum bisa memetik bintang-Nya. Maka, Bagaimana mungkin, engkau bertemu dan menatap-Nya?"

'Kapan, aku bisa melihat-Nya, Ayah?", Si Kecil kian ngungun.
"Setelah engkau rajin gosok gigi, dan tak lupa mengenakan ikat pinggang. Dan, tetap bersarung tangan. Juga, bersepatu di tengah lumpur. Hingga, mudah saja bagimu menghafal Juz Amma. Dan, perhatikan apa yang terjadi...! Engkau, akan menatap-Nya, Nak...!"

Si Kecil tidur kembali usai makan sahur pagi itu. Namun, Sang Ayah sulit memejamkan mata.

"Apakah aku sudah hafal Juz Amma, Dan, telah menangkap pesan-Nya? Lalu, telah merasakan dan menyambut kehadiran-Nya?"

OOO, Sang Ayah tampak malu besar pagi itu. Hanya bermain retorika, logika, dan diplomasi. Juga, argumentasi, puisi dan diksi yang basi.

"Mengapa aku tak jujur saja. Dan, kukatakan, Bahwa, akupun sedang mencari-Nya. Dan, masih gagal menemukan-Nya? Di tengah pasar kehidupan yang kian gelap?"

Sang Ayah kian sulit menutup mata. Dibombardir atas kebohongan publik dan berita hoaks yang ia ciptakan sendiri.

***
Pace, Mei 2020