Jumat, 10 Februari 2023

Zat Adiktif Dalam Kemasan, Apa Saja?


Makanan kemasan dan hidangan cepat saji menggunakan bahan tambahan atau zat aditif untuk meningkatkan cita rasa dan kualitas, sekaligus memperpanjang masa simpan. Lantas, apa saja yang harus Anda ketahui tentang bahan ini?

Apa itu zat aditif?

Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga atau meningkatkan keamanan, kesegaran, rasa, tekstur, atau tampilannya. Zat ini terdapat dalam bentuk alami maupun buatan.

Di Indonesia, zat aditif disebut juga bahan tambahan pangan (BTP), penggunaannya diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Bahan ini tidak dikonsumsi sebagai makanan dan bukan merupakan bahan baku makanan. Meski begitu, zat aditif bisa saja mengandung zat gizi.

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019, zat aditif ditambahkan pada proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, dan/atau pengangkutan.

Fungsi bahan aditif

Fungsi bahan tambahan pangan tergantung dengan jenisnya. Ada yang bisa memadatkan tekstur, ada juga yang meningkatkan kualitas dan ketahanan makanan.

1. Memberikan tekstur yang halus dan konsisten

Fungsi ini dapat ditemui dalam beberapa jenis zat aditif pada makanan.

  • pengemulsi,
  • penstabil dan pengental,
  • antikempal,
  • antibuih, dan
  • pengembang.

2. Mempertahankan kegunaan dari makanan

Zat aditif yang berfungsi untuk mempertahankan kegunaan makanan adalah pengawet dan antioksidan.

Pengawet mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat kuman agar tidak mudah membusuk.

Sementara itu, antioksidan mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat oksidasi.

3. Mengontrol keseimbangan keasaman dalam makanan

Zat aditif dengan jenis pengatur keasaman dapat membantu mengubah keasaman makanan.

Zat ini memberikan rasa asam, menetralkan rasa, atau menjaga rasa asam yang sudah ada. Keasaman yang terjaga juga menjaga warna asli makanan.

Bahan tambahan pangan ini bahkan menjaga kadar pH makanan sehingga mencegah pertumbuhan kuman berbahaya.

4. Memberikan warna

Produsen makanan bisa menambahkan zat peretensi warna.

Zat aditif pewarna alami atau buatan ini dapat memberikan atau memperbaiki warna makanan agar lebih menarik.

Bahan tambahan pangan ini berguna untuk mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat warna makanan yang sudah ada.

5. Meningkatkan cita rasa

Zat aditif perasa juga bisa ditambahkan ke dalam makanan untuk menghasilkan rasa atau memperkaya rasa yang sudah ada.

Tidak cukup bahan perasa, ada jenis bahan tambahan bernama penguat rasa. Zat ini bisa memperkuat atau mengubah rasa dan aroma tanpa menambahkan rasa atau aroma lain.

Penambahan pemanis alami atau buatan pun bisa mengubah cita rasa makanan.

Jenis-jenis zat aditif

Berikut beberapa jenis-jenis zat aditif.

1. Zat pengawet

Pengawet berguna untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, atau pembusukan bahan makanan akibat mikroorganisme.

Beberapa jenis zat pengawet, di antaranya natrium nitrit, natrium sulfit, asam benzoat, kalsium benzoat, nisin, nitrat, natrium nitrat, dan asam propionat.

2. Zat pemanis

Zat aditif yang satu ini terdiri dari bahan pemanis alami dan buatan yang memberikan atau menambah rasa manis pada makanan.

Pemanis alami bisa ditemukan pada sirup jagung fruktosa, sorbitol, taumatin, manitol, isomalt, steviol, maltitol, silitol, dan ertritol.

Sementara itu, pemanis buatan bisa ditemukan pada asesulfam-K, aspartam, asam siklamat, sakarin, sukralosa, dan neotam.

3. Zat penguat rasa

Penguat rasa berguna untuk memperkuat atau mengubah rasa dan atau aroma yang telah ada tanpa bahan pangan. Penguat rasa bisa ditemukan pada MSG.Tidak hanya terbatas pada makanan kemasan, masakan rumahan pun sering ditambahkan MSG agar rasanya makin lezat.

Ada banyak kontroversi terkait zat aditif ini. Konsumsi berlebihan bahkan dikaitkan dengan Chinese Restaurant Syndrome, yaitu mual dan sesak napas setelah mengonsumsi makanan dengan MSG tinggi.

Meski begitu, MSG aman asalkan tidak dikonsumsi berlebihan. Takaran MSG yang aman adalah 0 – 120 mg/kg berat badan.

4. Zat pewarna

Pewarna merupakan zat yang bisa memberikan warna baru atau memperbaiki warna pada bahan pangan.

Pewarna alami bisa ditemukan pada kurkumin, riboflavin, klorofil, pewarna karamel, beta-karoten, likopen tomat, merah bit, antosianin.

Sementara itu, pewarna pewarna buatan di antaranya tartrazine, karmoisin, ponceau 4R, eritrosin, merah allura, dan biru berlian.

5. Zat pengemulsi

Pengemulsi adalah kandungan yang membantu mencampur beberapa bahan pangan agar bisa menyatu, seperti minyak dan air.

Beberapa jenis pengemulsi yang ditemukan pada makanan, yaitu kalsium karbonat, lesitin, natrium laktat, kalsium laktat, mononatrium fosfat, kalsium alginat, agar, karagenan, dan gelatin.

6. Antioksidan

Antioksidan adalah zat aditif untuk mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat oksidasi.

Anda bisa menemukan bahan antioksidan pada asam askorbat, tokoferol, propil galat, asam eritorbat, butil hidroksi anisol (BHA), dan butil hidroksi toluen (BHT).

Beberapa jenis lainnya, seperti:

  • pengental,
  • antikempal,
  • antibuih,
  • pengembang,
  • pengatur keasaman, dan
  • perasa.

Efek samping zat aditif

BPOM sudah menentukan batas maksimum seluruh jenis bahan tambahan pangan yang akan digunakan di dalam suatu makanan.

Bila tepat atau berada di bawah batas maksimum, tentu bahan tambahan pangan ini aman.

Perlu diketahui, bahan tambahan pangan ini biasanya digunakan oleh produsen pangan. Jadi, produsen pun sudah memiliki alat untuk mengukur jumlah zat aditif secara akurat.

Meski begitu, tetap ada potensi efek sampingnya, terutama bila dikonsumsi berlebihan. Apa saja?

1. Masalah otak

Asupan natrium benzoat yang tinggi berkaitan dengan kesulitan fokus dan hiperaktif (ADHD).

Bahan ini berpotensi memengaruhi bagian otak yang mengatur perhatian dan perilaku.

Meski begitu, penelitian yang dilakukan cenderung terbatas sehingga efek zat aditif ini perlu dikaji ulang.

2. Kanker

Natrium nitrit yang terkena suhu panas yang cukup tinggi dapat berubah bentuk menjadi nitrosamin. Senyawa ini berpotensi menjadi penyebab kanker lambung.

Namun, penelitian yang dilakukan masih belum bisa sepenuhnya memastikan risiko tersebut.

Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C dapat berubah menjadi benzena, zat yang juga meningkatkan risiko kanker.

3. Masalah metabolisme

Mengonsumsi sirup jagung tinggi fruktosa dalam porsi berlebihan bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.

Pasalnya, jenis pemanis ini tinggi kalori dan mudah diserap tubuh. Jadi, bisa menambah berat badan dan menaikkan kadar gula darah dengan singkat.

Meski rendah atau tanpa kalori, pemanis buatan bikin gemuk pun tak dapat dihindari.

Zat aditif adalah bahan tambahan yang berguna untuk menjaga kualitas suatu makanan.

Bahan ini aman digunakan, asal jumlahnya terbatas dan tidak melebihi batas yang ditentukan BPOM.

Meski begitu, tetap ada risiko efek samping yang mungkin Anda alami. Untuk itu, ada baiknya batasi konsumsi makanan olahan dalam sehari-hari.

Anda bisa menggunakan rempah penyedap bahan lainnya yang relatif lebih aman.

Produk makanan dalam kemasan sangat rentan terhadap bahan kimia tambahan. Zat-zat tersebut berguna untuk mengubah warna atau mengawetkan makanan. Masalahnya, sebagian besar bahan kimia merupakan senyawa sintetik dengan beberapa efek negatif bagi kesehatan. 


Zat Adiktif dalam Makanan Kemasan

Berikut adalah  zat aditif dalam makanan kemasan yang perlu Anda hindari, menurut Organicjar.

1. Pemanis buatan. Aspartam adalah jenis pemanis buatan yang sering ditemukan pada makanan kemasan berlabel "diet" atau "bebas gula". Konsumsi aspartam yang berlebihan bisa menimbulkan efek neurotoksik seperti pusing, sakit kepala, kebingungan mental, migrain, dan kejang.

2. Sirup jagung fruktosa tinggi atau Sirup Jagung Fruktosa Tinggi. Pemanis buatan ini bisa ditemukan di hampir semua makanan olahan. Efek samping dari konsumsi sirup jagung fruktosa tinggi adalah diabetes perkembangan dan kerusakan jaringan.

Sirup jagung atau fruktosa digunakan untuk membantu adonan mengembang dan memberikan warna cokelat pada roti. Banyak produsen roti menyukai gula ini karena harganya yang murah dan menguntungkan. Sayangnya, zat ini adalah penyebab obesitas nomor satu dan sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, sindrom metabolisme, penyakit lever, dan banyak lainnya. 

3. Monosodium glutamat. MSG adalah asam amino yang digunakan sebagai penambah rasa dalam sup, salad saus , kentang goreng, dan masih banyak lagi. Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi rutin MSG mengakibatkan efek samping, seperti depresi, disorientasi, kerusakan mata, kelelahan, sakit kepala, dan obesitas.

4. Lemak trans atau lemak trans. Lemak trans digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk makanan dan merupakan salah satu zat paling berbahaya yang sering Anda konsumsi. Banyak studi menunjukkan bahwa lemak trans meningkatkan kadar kolesterol LDL sekaligus mengurangi HDL atau kadar kolesterol baik, meningkatkan risiko serangan jantung, penyakit jantung dan stroke, meningkatkan risiko diabetes, peradangan, dan masalah kesehatan lainnya.

5. Pewarna makanan buatan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pewarna makanan buatan yang ditemukan dalam soda, jus buah , dan saus salad, dapat menyebabkan masalah perilaku dan penurunan IQ pada anak.

6. Natrium sulfit. Pengawet ini digunakan dalam pembuatan buah kering. Bagi orang yang sensitif terhadap senyawa ini bisa mengalami sakit kepala, masalah pernapasan, dan ruam. Pada kasus yang parah, natrium sulfit dapat menyebabkan kematian dan serangan jantung.

7. BHA dan BHT. Hydroxyanisole butylated (BHA) dan butylated hydrozyttoluene (BHT) adalah pengawet yang ditemukan dalam sereal, permen karet, keripik kentang, dan minyak sayur. Efek samping dari senyawa ini menyebabkan kerusakan sistem saraf otak dan kanker.

8. Belerang Dioksida. Zat ini sering ditemukan pada buah dan sayuran mentah. Efek samping dari senyawa kimia ini, termasuk masalah bronkial, terutama pada mereka yang rentan terhadap asma, hipertensi (tekanan darah rendah), sensasi kesemutan atau syok anafilaksis.

9. Kalium Bromat . Zat aditif ini digunakan untuk meningkatkan volume tepung atau roti. Ternyata, kandungan kalium bromat dalam jumlah kecil pada roti sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Jadilah pembeli yang pintar dengan lebih teliti terhadap kandungan makanan yang Anda beli. Sebetulnya, makanan atau minuman kemasan memang tidak benar-benar aman bagi kesehatan. Sebaiknya Anda membatasi konsumsi makanan dalam kemasan dan menggantinya dengan makanan segar tanpa pengawet.

10. L-cysteine

L-cysteine adalah zat penghalus yang ditambahkan pada roti untuk mempercepat proses produksi. Meski dibuat di laboratorium, zat ini sebenarnya didapatkan dari sumber-sumber alami. Terdengar sehat? Sayangnya tidak. Sumber-sumber alami yang digunakan untuk L-cysteine bisa berasal dari rambut manusia, bulu ayam, tanduk sapi, dan lainnya.

11. Potassium bromate

Potassium bromate biasanya digunakan untuk mengurangi waktu membuat roti dan membuat adonan menjadi keras. Ini disukai oleh perusahaan besar karena bisa menghemat ongkos produksi. Namun di sisi kesehatan, potassium bromate telah lama dikaitkan dengan kanker ginjal dan penyakit tiroid. Saat ini potassium bromate sudah dilarang digunakan di Brazil, Uni Eropa, Peru, Korea Selatan, dan China.

12. Biji-bijian Olahan

Biji-bijian olahan tak terdengar menakutkan, namun sayangnya biji-bijian ini telah kehilangan semua kadar nutrisi di dalamnya dan tak bisa memberikan apapun pada Anda. Biji-bijian ini nantinya akan dipecah menjadi gula dengan sangat cepat dan menyebabkan lonjakan gula darah. Komposisi ini juga diketahui berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan resistensi insulin, serta meningkatkan risiko serangan jantung hingga 30 persen. Jangan tertipu dengan kata 'tepung terigu' pada komposisi roti karena itu bukan berarti berasal gandum atau biji-bijian yang kaya nutrisi.

13. Azodicarbonamide

Zat aditif yang satu ini digunakan untuk memperlembut tekstur roti. Tak hanya pada roti, zat ini biasanya juga digunakan pada roti burger di Amerika Serikat. Zat aditif ini telah dilarang penggunaannya di Singapore karena bisa menyebabkan masalah pernapasan, asma, dan alergi pada beberapa orang.


Sumber:

https://www.merdeka.com/sehat/9-zat-aditif-yang-ditemukan-dalam-makanan-kemasan.html

https://www.merdeka.com/sehat/5-zat-aditif-berbahaya-yang-tersembunyi-dalam-roti.html

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/pemanis-buatan-splenda-dan-stevia/?amp=1&amp_same_origin=1




Rabu, 01 Februari 2023

Supervisi melalui Proses Coaching, Bagaimana?

 

Supervisi melalui Proses Coaching, Bagaimana?

 

Oleh:

Teguh Basuki

(Calon Pengajar Praktek Gelombang 1 Angkatan 8 Kelas 27 Tahun 2023)

 

 

Supervisi dan Proses Coaching, Untuk Apa?

Coaching untuk supervisi akademik merupakan upaya supervise yang bermakna dalam  peningkatan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran, khususnya kompetensi dalam memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid.  Seorang guru harus membiasakan melakukan refleksi terkait perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Selain itu, guru harus memandu rekan sesama guru untuk bersama menganalisis data hasil pembelajaran, merencanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis untuk meningkatkan pembelajaran, dan melakukan refleksi berdasarkan umpan balik dari murid untuk perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Refleksi dari kepala sekolah juga perlu dilakukan untuk perbaikan kualitas praktik pembelajaran.  Bahan yang dapat dijadikan refleksi adalah berupa hasil supervisi dari kepala sekolah atau guru pamong.  Saat melakukan supervisi sesama guru, guru membutuhkan keterampilan dalam mengelola pelaksanaan supervisi supaya tujuan tercapai.

Kadang muncul perasaan tidak nyaman saat harus berhadapan dengan teman sejawat untuk melakukan supervisi akademik.  Namun, hal ini tidak menghalangi guru untuk tetap bisa memerankan fungsinya sebagai supervisor teman sejawat dengan menerapkan teknik coaching.  Tekhnik coaching menempatkan supervisor dan guru yang disupervsi membangun kemitraan yang setara dan guru sendiri yang akan mengambil keputusan dalam rangka perbaikan kompetensinya.  Supervisor sebagai coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan, guru lah yang membuat keputusan sendiri.

Teknik coaching dengan alur tirta menyajikan langkah-langkah yang mudah diterapkan menjadikan guru lebih mudah untuk mengembangkan kemampuannya dalam menggali potensi rekan lainnya sekaligus memanajemen dirinya dalam mengelola potensinya dengan menjadikan teman lain sebagai coach bagi dirinya.

Berdasarkan kajian empiris, dari tiga kompetensi coaching, yaitu kehadiran penuh, mendengar aktif, mengajukan pertanyaan berbobot,  hal yang perlu ditingkatkan dalam penerapan coaching adalah kompetensi mengajukan pertanyaan berbobot.  Pertanyaan berbobot bersifat terbuka dan berasal dari mendengarkan jawaban coachee. Tidak jarang, coach terjebak memberi tanggapan terhadap jawaban coachee bukan berupa pertanyaan lanjutan namun berupa tanggapan setuju atau tidak setuju bahkan kadang memunculkan ungkapan berupa nasihat atau saran.  Padahal coaching bukanlah proses konseling yang memberikan alternatif solusi namun sebuah proses menemukan solusi dari permasalahan yang berassala dari coachee sendiri.

Mengapa coaching diperlukan dalam tahapan supervisi klinis? Supervisi klinis mencakup 3 tahapan, yaitu pra-observasi, observasi, dan pasca observasi.  Kegitan pra-observasi adalah dialog antara guru (coachee) dan supervisor (coach) yang dilakukan sebelum observasi di kelas dimulai.  Percakapan dengan guru sebelum kegiatan observasi kelas dibutuhkan untuk pertama, percakapan awal ini membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan kegiatan ini dengan baik. Kedua, percakapan awal memberikan perasaan tenang mengenai tujuan dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Ketiga, kesepakatan yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan keterlibatan aktif dalam proses. Guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan rancangan pembelajaran dan apa yang menjadi target pengembangan untuk diobservasi (Irayati dkk, 2022)

Observasi adalah aktivitas pengamatan oleh supervisor pada saat guru melaksanakan pembelajara di kelas. Tujuan utama tahap ini adalah mengambil data atau informasi secara obyektif mengenai aspek pengembangan yang sudah disepakati. Percakapan pasca-observasi mempunyai tujuan  menganalisis hasil data observasi, percakapan umpan balik, perencanaan area pengembangan, dan rencana aksi pengembangan diri.  Semua langkah itu dilaksaknakan menggunakan prinsip coaching, yakni kemitraan, Konstruktif, terencana, reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komprehensif.

Tantangan bagi guru dalam menerapkan coaching pada proses supervisi klinis adalah menjadikan refleksi dan pemberian umpan balik sebagai kegiatan yang berkesinambungan dan dilakukan secara terus menerus sehingga mampu memberi dampak perbaikan dalam hal kompetensi pemimpin pembelajaran.  Tidak jarang guru bahkan kepala sekolah menerapkan coaching hanya sebagia kegiatan rutin untuk pemenuhan tugas semata sehingga melupakan prinsip utama yakni kontinuitas atau proses yang dilakukan secara terus menerus dengan menyertakan proses refleksi dan umpan balik.  Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan perencanaan supervisi klinis yang matang diikuti pelaksaanaan yang sesuai rencana.

Tentunya, sebelum mempelajari materi coaching, supervisi klinis dilaksanakan terjadwal dan kepala sekolah langsung mendatangi kelas untuk observasi. Hasil observasi berupa nilai yang menggambarkan pencapaian kompetensi mengajar.  Terkadang guru tidak mengetahui hasilnya dan merasa tidak memerlukannya.  Dan kepala sekolah menggunakan data tersebut utuk sekedar laporan dan bukan sebagai bahan untuk menggali potensi guru dan mengembangkannya lebih jauh lagi.

Setelah mempelajari tekhnik coaching, gambaran bagaimana mengemas kegiatan supervisi sebagai kegiatan yang santai, bermakna, reflektif, dan hangat akan terwujud.  Teknik ini bisa diterpakan tidak saja untuk meningkatkan kenyamanan hubungan antara kepala sekolah dan guru namun yang terpenting adalah terwujudnya proses evaluasi dan perbaikan secara terus menerus melalui proses refleksi.

Materi coaching ini merupakan rangkaian dari tiga materi modul 2 PGP (Pendidikan Guru Penggerak) yaitu pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran Sosial dan Emosional.  Keterkaitan materi coaching dengan pembelajaran diferensiasi terletak bagaimana guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memberikan pertanyaan berbobot pada murid dalam menentukan minat mereka terhadap materi pelajaran tertentu.  Guru harus mempunyai perhatian penuh kepada muridnya sehingga mampu memberikan pertanyaan yang bisa menggali potensi murid-muridnya dalam mengungkapkan pendapat, menyimpulkan, dan menanggapi dalam pembelajaran individu maupun kelompok.  Kemampuan mendengar aktif sebagai bagian dari prinsip coaching sangat diperlukan guru dalam proses pembelajaran dengan siswa sehingga mampu menangkap kebutuhan siswa sehingga guru bisa memberikan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa.

 

Pembelajaran Sosial dan emosional mencakup nilai-nilai yang terdeskripsi dalam kompetensi soseal emosional (CASEL) memberikan pengalaman kepada guru untuk mengenal  kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.  Pengalaman belajar ini memberikan guru bekal untuk menjadi seorang coach yang ideal.  Seorang coach diharapkan mempunyai kompetensi mendengar aktif, kehadiran yang penuh yang sangat memerlukan konsentrasi terutama pengelolan emosi yang mendalam.  Hal ini untuk menghindari coach melibatkan perasaan, fikiran dan emosinya terbawa oleh coachee.  Melalui manajemen diri yang kuat, kesadaran soial, dan keterampilan berelasi seorang coach akan mampu berempati namun tidak hanyut oleh perasaan coachee namun bisa menangkap kunci-kunci persoalan sehingga bisa menuntun sang coachee menemukan solusi yang tepat bagi permasalahannya.

Seorang guru penggerak harus mampu menjalankan peran sebagaimana yang dipelajari pada Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak. Peran yang dimaksud dalam modul tersebut adalah 1) Menjadi Pemimpin Pembelajaran, 2) Menjadi Coach Bagi Guru Lain, 3) Mendorong kolaborasi, 4) Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency), 5) Menggerakkan Komunitas Praktisi. Lima peran guru penggerak yang sejalan dan selaras dengan modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik adalah peran yang ke-2 yaitu menjadi coach bagi guru lain.

Supervisi akademik di sekolah sering diasumsikan sebagai suatu kegiatan observasi  atau penilaian terhadap kinerja guru. Sehingga kata supervisi identik menjadi sebuah kegiatan kekurangan guru dan guru merasa terbebani ketika guru tersebut disupervisi.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai “…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Singkatnya, coaching merupakan sebuah kegiatan mengantarkan dari satu kondisi menuju kondisi lain yang lebih baik (coache adalah orang yang sudah mahir/ahli tetapi dalam kondisi yang kurang baik sebelum melakukan kegiatan coaching), coaching meningkatkan kompetensi personal dan profesional, coaching bukan kegiatan memberi tahu, melainkan kegiatan menanya (asking) untuk membangkitkan motivasi (belum mau menjadi mau, belum sadar menjadi sadar). Seorang coach dalam kegiatan coaching menggali dan memotivasi solusi dari masalah yang dialami coachee. Kegiatan coaching diharapkan coachee menemukan solusi dari masalah yang dialami dengan kembali sadar dan tanpa ajakan maupun paksaan dari seorang coach (mandiri).

Apa Paradigma, Prinsip, dan Kompetensi Inti Coaching?

Prasyarat seorang coach yang baik, seorang coach harus menerapkan dan memiliki pemikiran dalam beberapa hal, diantaranya adalah paradigma berfikir coaching dan prinsip coaching.

Paradigma berfikir coaching, meliputi: 1)Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan; 2)Bersikap terbuka dan ingin tahu; 3)Memiliki kesadaran diri yang kuat; 4)Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Adapun, Prinsip coaching, meliputi: 1)Kemitraan; 2)Proses kreatif; 3)Memaksimalkan potensi. Selain kedua hal ini, yang perlu dimiliki dan diterapkan, untuk dapat melakukan proses coaching dengan baik seorang guru harus memiliki 3 kompetensi inti coaching, yaitu:

  1. Kehadiran Penuh/Presence

Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching.  Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.

  1. Mendengarkan Aktif

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak.  Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara.  Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara.  Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.

  1. Mengajukan Pertanyaan Berbobot

Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot.  Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.

Salah satu referensi yang dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee adalah merupakan hasil dari mendengarkan aktif yaitu R-A-S-A. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.

Alur Percakapan T-I-R-T-A, Bagaimana?

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will, yaitu:

 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini;  2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee; 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi; 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Adapun, TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
  2. Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
  3. Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
  4. TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Apa Relevansi Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi Dan Pembelajaran Soial Emosional?

Pembekalan Calon Pengajar Praktek telah merubah saya menjadi semakin tercerahkan dan termotivasi untuk menerapkan prinsi coaching dalam membantu rekan sejawat untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Saya meyakini bahwa dengan menerapkan paradigma berfikir coaching  dalam penyelesaian masalah yang dihadapi rekan sejawat, mereka akan lebih terbuka, tidak merasa malu menguraikan permasalahan yang dihadapi dan merefleksi diri.

Bagaimanakah keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sesuai dengan definisi pembelajaran berdiferensiasi tersebut dapat diasumsikan bahwa paradigma coaching dan prinsip coaching dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Selain itu dengan menerapkan coaching sebagai sebuah pendekatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid adalah suatu hal yang dapat dilakukan dan efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Untuk menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran, guru akan mengaarahkan murid untuk menemukan, menentukan/memilih kebutuhan belajarnya. Murid dimampukan untuk dapat belajar sesuai dengan gaya belajar, kemampuan belajar, bakat dan minat yang dimiliki. Dengan demikian, pembelajaran dapat berjalan baik dan murid merasa nyaman dengan proses belajar yang mereka lakukan.

Bagaimana keterkaitan coaching dengan pembelajaran sosial emosional? Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

  1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Lima kompetensi sosial emosional menjadi sebuah dasar seorang guru agar dapat menguasai tiga kompetensi coaching yang ada. Sehingga pembelajaran sosial emosional sangat penting dan perlu ditempuh seorang guru untuk meningkatkan kompetensi sosial emosionalnya sebelum belajar mengenai coaching.

Selain itu, dalam pembelajaran sosial emosional, seorang guru akan memperoleh pengalaman mengenai mengelola diri yang baik hingga mampu mengambil keputusan. Salah satu teknik untuk mengembalikan kesadaran penuh atau (mindfulness) dapat dilakukan dengan teknik S-T-O-P yang dapat diterapkan kepada coachee sebelum melakukan kegiatan coaching. Dengan demikian coaching akan terjadi baik dan memampukan coachee dalam menemukan solusi masalah yang dialami.

Apa Relevansi Keterampilan Coaching dengan Pengembangan Kompetensi Sebagai Pemimpin Pembelajaran?

Pemimpin pembelajaran yang baik, yaitu seorang pemimpin yang memiliki prinsip dan mampu menerapkan paradigma coaching untuk supervisi akademik. Paradigma coacing dan prinsip coaching untuk supervisi akademik sangat perlu dimiliki oleh seorang pemimipin pembelajaran untuk dapat melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran sebagai bahan perbaikan kedepan. Selain itu, kemampuan coaching seorang pemimpin pembelajaran harus selalu ditingkatkan dan diasah guna supervisi akademik yang dilakukan.

Pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik coaching akan lebih efektif dibandingkan dengan teknik lain. Karena dalam coaching seorang coachee mampu menemukan potensi positif dalam diri maupun potensi lain disekeliling sebagai solusi atas masalah yang dihadapi. Suatu hal yang muncul atas inisitif atau hasil pemikiran reflektif seseorang biasanya lebih bertahan lama atau berjangka panjang dan memberikan kesan makna yang mendalam ketika berhasil diterapkan.

Bagaimanapun, inisiatif perubahan yang jelas dan mudah dipahami dari seorang pemimpin, dan pemimpin pembelajaran dengan visi yang jauh ke depan, serta dukungan dari seluruh stake holder menentukan keberhasilan  seorang coach terhadap pelaksanaan supervisi melalui proses coaching. Bagaimana pendapat Anda?

Sumber:

Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik, Kemendikbudristek, Jakarta, 2022

https://sman1singgahan.sch.id/keterkaitan-coaching-untuk-supervisi-akademik-pembelajaran-berdiferensiasi-pembelajaran-sosial-emosional-peran-pemimpin-pendidikan/

https://www.kompasiana.com/aisyahamini2279/6342f4cc08a8b53885090ed2/coaching-untuk-supervisi-akademik-sebuah-refleksi