Jumat, 27 Januari 2023

PERAN GURU PENGGERAK DAN KEPEMIMPINAN MENUJU TRANSFORMASI PENDIDIKAN, BAGAIMANA?

 

PERAN GURU PENGGERAK DAN KEPEMIMPINAN MENUJU TRANSFORMASI PENDIDIKAN, BAGAIMANA?

 

Oleh:
Teguh Basuki

(Calon Pengajar Praktek  Angkatan 8 Gelombang 1 Kelas 27B Tahun 2023)


 


Profesionalisme dunia pendidikan menjadi salah satu faktor signifikan terhadap masa depan bangsa Indonesia. Untuk itu, kapasitas dan kapabilitas guru atau pendidik harus selaras dengan pesatnya perkembangan zaman. Kunci utama transformasi sistem pendidikan di Indonesia adalah kemauan pendidik untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Dalam hal ini, dibutuhkan kepemimpinan sekolah yang kuat dan memiliki visi yang jauh ke depan.

Kepemimpinan sekolah adalah hal yang sangat penting dalam transformasi pendidikan kita. Di Merdeka Belajar, pemimpin pendidikan baik itu kepala sekolah, aparat pemimpin pendidikan yang ada di sekolah, pengawas sekolah, kepala dinas, ini harus diorientasikan memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana murid itu belajarnya. Bagaimana mengajar yang berorientasi kepada murid dan menjadi teladan bagi guru-guru adalah dengan melakukan pengajaran yang berbasis kepada murid. Dalam hal ini,  pemimpin pendidikan bisa menjadi coach atau mentor mengembangkan guru-guru yang lain supaya bisa lebih baik lagi. Ini adalah kunci dari bagaimana kita bisa melakukan transformasi pendidikan kita.

Inilah pentingnya para pemimpin pendidikan memiliki budaya inovasi. Karena pemimpin-pemimpin yang baik, pemimpin-pemimpin yang mengerti bagaimana murid belajar dan menjadi teladan. Ini akan sangat besar pengaruhnya. Yang sering mungkin kita lakukan sebelum ini, mungkin lebih kepada guru, dan guru itu juga sangat penting, luar biasa penting, tapi ketika guru-guru sudah dilatih, kembali ke sekolah, kepala sekolahnya yang tidak mengerti, pengawasnya tidak mengerti, lalu kemudian ketika gurunya mengajar aktif, itu dianggap aneh atau tidak didukung. Pembelajaran ini. Dampaknya, kelasnya jadi ributlah, kelasnya jadi berantakanlah, sehingga kemudian guru tersebut malah yang tadinya sudah dilatih dengan baik, karena pemimpin sekolahnya kurang mengerti, dia jadi tidak jadi untuk melakukan inovasi. Sebaliknya, kalau pemimpinnya mengerti inovasi, juga pemimpinnya bisa mendorong, maka ia bisa mempengaruhi. Dalam budaya Indonesia, masyarakat Indonesia, peran pemimpin sangat penting. Mari kita sama-sama menguatkan konteks kepemimpinan pendidikan di sekolah-sekolah kita.

Transformasi pendidikan menuntut komitmen dan kerja kolektif-kolaboratif semua pihak. Selain itu juga perlu lahirnya prakarsa perubahan yang menjadi embrio penting transformasi pendidikan. Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara terdapat sejumlah prinsip-prinsip penyelenggaran pendidikan yang fundamental. Pendidikan dimaknai sebagai ladang persemaian benih-benih kebudayaan. Maka pendidikan yang baik akan melahirkan budaya bangsa yang unggul dan mampu mengikuti perkembangan zaman.

Sudah sejak lama dunia pendidikan Indonesia dianggap masih tertinggal dan tidak semaju negara lainnya. Berbagai upaya dan strategi perbaikan terus dilakukan oleh pemerintah kita tanpa mengenal kata menyerah. Saat ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah diluncurkan upaya perbaikan kualitas pendidikan berbasis Visi Merdeka Belajar. Implementasi visi Merdeka Belajar tertumpu pada revitalisasi dan reaktualisasi pemikiran filosofi pendidikan yang berasal dari tokoh pendidikan nasional kita yang bernama Ki Hajar Dewantara.

                Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara terdapat sejumlah prinsip-prinsip penyelenggaran pendidikan yang sangat fundamental. Pendidikan dimaknai sebagai ladang persemaian benih-benih kebudayaan. Oleh karenanya pendidikan yang baik akan melahirkan budaya bangsa yang unggul dan mampu mengikuti perkembangan zaman yang ada.  Pendidikan merupakan proses tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Didalamnya ada proses menuntun segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing student) baik selaku manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya pendidikan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kodrat keadaan yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman. Hal yang tak kalah pentingnya lagi adalah soal pendidikan yang harus berorientasi pada kepentingan anak atau dengan istilah lain pendidikan harus menghamba (mengabdi) pada kepentingan anak sebagai peserta didik.

                Guna mewujudkan transformasi pendidikan dengan visi Merdeka Belajar itu, maka diperlukan komitmen dan kerja kolektif-kolaboratif (gotong royong) dari semua pihak. Semua pihak tersebut harus mampu tergerak, bergerak dan menggerakkan semua kalangan yang ada disekitarnya. Selain soal komitmen dan kerja kolektif-kolaboratif semua pihak tadi, juga perlu lahirnya prakarsa perubahan. Prakarsa perubahan ini akan menjadi embrio penting terjadinya transformasi pendidikan. Sebuah prakarsa perubahan memerlukan tiga elemen penting yang terkait satu sama lain. Ketiga elemen penting prakarsa perubahan itu terdiri atas adanya inisiatif perubahan, adanya pemimpin dan pengikut.

                Elemen pertama ialah inisiatif perubahan. Elemen ini adalah integrasi antara ide dan implementasi dalam praktik baik (best practice) pendidikan. Sebuah inisiatif prakarsa perubahan yang baik akan menghadirkan tiga pengaruh yang sangat penting yaitu akan berpihak kepada murid, berdampak terhadap murid dan dapat ditiru atau direflikasi. Berpihak kepada murid maksudnya adalah prakarsa perubahan melalui praktik baik yang dilakukan itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan murid yang didasarkan pada empati kepada murid (bukan untuk kepentingan kurikulum atau kepentingan lainnya). Sementara itu yang dimaksud berdampak terhadap murid adalah ada bukti nyata perubahan positif yang dirasakan/didapatkan oleh murid atas praktik baik yang dilaksanakan. Sedangkan yang dimaksud dapat ditiru atau direflikasi maksudnya adalah bahwa praktik baik sebagai aksi nyata dari inisatif perubahan yang dilakukan tersebut dapat menyebar dan dapat dirasakan oleh lebih banyak siswa dimanapun mereka berada.

                Elemen prakarsa perubahan yang kedua adalah pemimpin. Dalam hal ini siapa yang memiliki kapasitas untuk memimpin transformasi pendidikan ini? Maka jawabannya adalah para guru penggerak. Hal ini sesuai dengan peran guru penggerak. Apa sajakah peran guru penggerak itu? Ada lima peran guru penggerak. Kelima peran tersebut adalah 1). Menjadi pemimpin pembelajaran, 2). Menjadi coach bagi guru lain, 3). Mendorong kolaborasi, 4). Mewujudkan kepemimpinan murid (student agency), 5). Menggerakan komunitas praktisi.

Seorang guru penggerak adalah pemimpin perubahan, memiliki ide, inisiatif atau prakarsa perubahan selain karena memiliki peran yang strategis dalam hal tersebut, para guru penggerak ini pun telah dibekali oleh sejumlah nilai yang sudah terinternalisasi dalam memimpin prakarsa perubahan. Ada 5 (lima) nilai yang sudah terinternalisasi dalam diri guru penggerak yaitu berpihak kepada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Penjelasnnya adalah sebagai berikut Nilai guru penggerak yang pertama adalah berpihak pada murid. Ini tentu saja menjadi fokus dan perubahan paradigm yang paling mendasar.

Dalam proses dan produk pendidikan semua diorientasikan pada kepentingan murid dengan istilah lain menghamba pada murid. Nilai kedua ada reflektif menggambarkan daya saing, efikasi dan model mental. Dalam nilai reflektif menunjukan kualitas kinerja dan hasil yang bergeser dari dorongan yang bersifat eksternal menuju dorongan internal. Nilai ketiga adalah mandiri menggambarkan daya lenting, keahlian dan penguasaan diri. Dalam nilai kemandirian menunjukan kualitas kinerja dan hasil yang bergeser dari ketidakjelasan-kekaburan menuju kejelasan-keelokan.

Selanjutnya, nilai yang keempat adalah kolaboratif. Nilai kolaboratif menggambarkan daya sanding yaitu kesalingketergantungan dan pembelajaran tim. Dalam nilai kolabortif menunjukan usaha-upaya bergeser dari laku terisolasi menuju laku yang saling terhubung. Nilai guru penggerak yang kelima adalah inovatif. Nilai inovatif menggambarkan daya lentur, fleksibiltas dan visi bersama. Dalam nilai inovatif ini menunjukan perspektif yang bergeser dari egosentris sempit menuju alternative-luas.

Elemen prakarsa perubahan yang ketiga adalah pengikut. Siapa pengikut yang dimaksud? Mereka adalah semua pihak yang mampu dipengaruhi dan diberdayakan untuk mendukung upaya transformasi pendidikan baik dalam sekala mikro maupun makro. Dalam hal ini fokus sasaran pengikut adalah mereka yang tergabung dalam komunitas praktisi. Siapa komunitas praktisi tersebut? Komunitas ini adalah sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin. Jadi dapat dikatakan komunitas praktisi ini adalah kalangan guru baik dalam satu sekolah maupun di luar sekolah yang memiliki motivasi dan kegelisahan yang sama dalam menggagas dan melaksanakan praktik baik (best practice) pembelajaran agar jauh lebih baik lagi dan memberikan dampak baik yang signifikan bagi murid. Komunitas praktisi inilah salah satunya yang akan memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi prakarsa perubahan menuju transformasi pendidikan yang didambakan semua kalangan. Bagaimanakah pendapat Anda?

 

SUMBER:

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak Program Guru Penggerak, Kemendikbudristek, Jakarta, 2022

Modul Rencana Moderasi Program Guru Penggerak Lokakarya 1 Pengembangan Komunitas Praktisi, Kemendikbudristek, Jakarta, 2022

https://www.republika.co.id/berita/rek33v428/menurut-nadiem-ini-kunci-utama-transformasi-pendidikan

https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/pentingnya-kepemimpinan-sekolah-dalam-transformasi-pendidikan-indonesia

https://www.indonesiana.id/read/154121/prakarsa-perubahan-dalam-transformasi-pendidikan-indonesia

Selasa, 24 Januari 2023

Pendidikan yang Memerdekakan: Upaya membangun lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan memunculkan karakter dari profil Pelajar Pancasila

 

Pendidikan  yang Memerdekakan:

Upaya membangun lingkungan belajar yang berpihak pada murid dan memunculkan karakter dari profil Pelajar Pancasila

 

Oleh:

Teguh Basuki

(CPP Gelombang 1 Angkatan 8 Kelas 27 Tahun 2023)

 

Perbedaan Pendidikan Dan Pengajaran, Apa? 

Ki Hadjar Dewantara (KHD) menyatakan pengajaran merupakan bagian dari proses pendidikan dalam rangka memberi ilmu yang berfaedah untuk kecakapan hidup anak baik secara lahir maupun batin. Sedangkan Pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Jadi menurut KHD (1961), pendidikan dan pengajaran merupakan usaha untuk menyiapkan dan menyediakan  segala kepentingan hidup manusia, baik kepentingan hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

Dalam hal ini, upaya penyelenggaraan pendidikan perlu diarahkan menuju lingkungan belajar yang berpihak pada murid. Mengapa? Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab, maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. 

Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Di sinilah pentingnya peran pendidik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pendidik seyogyanya memiliki kesiapan dan kemampuan untuk menuntun murid dengan tetap bertumpu pada kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat jaman. Dengan demikian, dibutuhkan lingkungan belajar yang bertumpu pada kebutuhan dan kepentingan murid serta dan masa depannya.

Di ranah pembelajaran, diperlukan kesiapan guru untuk memberikan kemerdekaan dalam memilih, konten, model, media, dan tagihan pembelajaran. Implikasinya, guru perlu merancang pembelajaran yang bertumpu pada kebutuhan dan kepentingan siswa. Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, model pembelajaran tersebut, yaitu pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang mengakomodir keragaman dan keunikan kondisi (kodrat siswa) beserta lingkungan budaya dan masyarakatnya.

 

Menuntun Anak Didik, Bagaimana?

Cara menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD  mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik, namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh, namun ia tidak akan optimal. Dalam hal proses “menuntun” ini, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka, namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “ waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

 KHD mengusung system among, yaitu ing ngarso sung tulodho (memberi contoh), ing madya mangun karso (memberi semangat), tut wuri handayani (mendorong perubahan). Sistem among ini perlu diterapkan guru untuk menuntun siswa dalam rangka memerdekaan siswa secara lahir maupun bathin sesuai kultur budaya masyarakat. Maksudnya, bahwa pendidikan memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Dalam hal ini, siswa harus dimerdekakan melalui pendidikan baik secara lahir maupun bathin. Dengan demikian, pendidikan haruslah berpihak pada kepentingan anak, baik kepentingan untuk tumbuh kembang anak secara lahir, maupun tumbuh kembang anak secara bathin.

Metode atau system among sangatlah cocok untuk memerdekan siswa sehingga siswa memiliki kemerdekaan dan merasa bahagia. Metode among siswa menggunakan latihan dan permainan dalam pembelajaran pancaindra untuk anak-anak sangatlah mencolok. Hal ini karena pelajaran pancaindra dan permainan kanak-kanak tidak bisa dipisahkan. Dalam kayakinan Ki Hadjar, Taman Siswa memiliki kepercayaan bahwa segala tingkah laku dan keadaan anak-anak sudah diisi Sang Maha-among segala alat-alat yang bersifat mendidik anak. Itulah sebabnya dalam praktik pengajarannya Ki Hadjar memasukan unsur-unsur kebudayaan dalam permainan anak-anak.

 

Belajar Sambil Bermain, Bagaimana?

Bagaimana pendapat para tokoh pemikir pendidikan dalam sejarah? Montessori lebih mementingkan pelajaran panca indera, namun permainan anak tidaklah dipentingkan. Sebaliknya, Frobel, bagaimana? Ia memberi pelajaran panca-indera pula, namun ia lebih mengutamakan permainan anak. Namun, demikian, anak masih diperintah dimana guru bertindak lebih superior. Taman Siswa  yang didirikan KHD mengawinkan keduanya, yaitu sistem Montessori maupun Frobel, dimana pelajaran panca indera dan permainan anak itu tidak terpisah. 

KHD percaya, permainan tradisional memiliki manfaat melatih tabiat tertib dan teratur. Selain itu, permainan anak-anak memiliki kedudukan sangat penting di negara RI, karena sebagian besar permainan anak disertai nyanyian dan hal itu membuktikan adanya musikalitas pada anak-anak. oleh karena itu, bentuk permainan di TK, misalnya dapat berupa permainan dengan nyanyian dan atau dengan lagu dan gerak berirama. 

Dari alam menuju budaya Belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar selalu mengandung nilai-nilai pendidikan, baik sisi fisik maupun psikologis. Dalam permainan selalu ada ruang untuk pancaindra anak berkembang secara teratur berdasarkan prinsip tumbuh kembang anak secara alami. Selain itu, dalam permainan juga selalu sesuai kodrat anak-anak yang selaras dengan alam sekitar sehingga spontanitas anak juga tumbuh alami. 

KHD juga berpendapat, kesenian untuk anak-anak dapat dilakukan melalui permainan, khususnya latihan kesenian suara, tari, dan sandiwara. Semuanya itu dasar pendidikan budi pekerti, sebagaimana Ki Hadjar mengemukakan, "Permainan kanak-kanak adalah kesenian kanak-kanak yang sungguh pun amat sederhana bentuk dan isinya namun memenuhi syarat-syarat etis dan estetis, dengan semboyan: dari natur ke arah kultur".

 Jika budaya sekolah berkembang sesuai prinsip yang searah alam sekitar sebagai akibat efek proses belajar dengan bermain, bisa dikatakan, sekolah itu sesungguhnya sedang menyemai budi pekerti yang halus dan tertib pada diri seorang anak. Jika kebijakan bermain bisa diterapkan para guru di sekolah, tanpa ada sedikit pun keraguan menjalankannya apalagi ketakukan karena ujian nasional dsb, sesungguhnya kita sedang menyemai kreativitas anak tanpa batas untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang berbudi pekerti luhur dan berkarakter kuat.

Bermain adalah salah satu cara membentuk kepribadian dan kecerdasan anak. Dalam melakukan aktivitas bermain, anak tidak menyadari kalau dirinya juga belajar. Mereka bermain dengan perasaan senang, lucu, spontan, dan tidak ada unsur paksaan. Anak yang selalu gembira akan memiliki pertumbuhan badan dan perkembangan jiwa yang baik. Karena itulah penting terus menyadarkan para guru agar selalu melakukan aktivitas bermain kedalam skema belajar-mengajar sehari-hari.

 Sebagaimana diyakini KHD, jika aktivitas belajar dilakukan sambil bermain, bentuk permainan haruslah dipahami landasan filosofinya agar pada saat yang sama anak juga dapat belajar tentang konteks budaya dan tradisi yang melingkupi aktivitas bermain tersebut. Selain itu, bermain juga diyakini sebagai bentuk metode belajar sangat efektif, bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Sering kita jumpai dalam sebuah pelatihan, jika orang dewasa kita ajak bermain, mereka tak ada bedanya dengan anak kecil ketika bermain, yaitu tertawa, bergerak, dan lain sebagainya. Hal ini relevan dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)

Pada dasarnya konsep pembelajaran Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang dikembvangkan dewasa ini mengembalikan kembali filosofi KHD mengenai pendidikan, yaitu pendidikan yang memanusiakan dan memerdekakan.

 Pendidikan yang memanusiakan dan memerdekaan adalah konsep pendidikan yang mengantarkan anak didik pada pertumbuhan dan perkembangan dalam menemukan, mengembangkan, serta menjadikan anak didik sebagai manusia yang utuh dan penuh atas dirinya. Dengan demikian, pendidikan haruslah menghamba kepada anak didik kita. Pendidikan yang menghamba pada anak  menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun habit anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. Pembelajaran yang seperti ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di era mendatang seperti kreativitas, inovatif, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, daya nalar yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan. Dalam hal ini, pendidikan budi pekerti tak bisa terabaikan.

Peran Keluarga dalam Pendidikan Budi Pekerti, Apa?

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. 

Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya. Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

Salah satu dasar pemikiran KHD tentang pendidikan adalah anak bukan Tabularasa. Pada dasar pemikiran ini, KHD mengibaratkan “Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa”. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Anak bukan kertas kosong, melainkan benih kehidupan yang utuh. Saya menafsirkan kodrat anak menurut Ki Hajar Dewantara sebagai kecerdasan majemuk anak. Selain karena suka dengan kecerdasan majemuk, saya melihat benang merah antara kodrat dengan kecerdasan majemuk. 

Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa anak telah dianugerahi kemampuan belajar sejak lahir. Selaras dengan pengertian kecerdasan majemuk sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir dalam mengolah informasi, untuk menyelesaikan persoalan dan menciptakan karya.

 

Kesimpulan  

       Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk membentuk profil Pelajar Pancasila, bagaimana? Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. 

Dengan demikian, pendidikan yang kita berikan harus sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya. Saat ini setiap anak harus memiliki keterampilan abad 21 yang meliputi creativity thinking, critical thinking, comunication dan collaboration. Siswa harus kreatif, mampu berpikir kritis, mampu berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkolaborasi dengan baik. Oleh karena itu, pemikiran besar yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu semboyan Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani perlu dimplementasikan guru melalui layanan pendidikan yang memerdekan siswa melalui penciptaan lingkungan belajar yang berpusat pada kepentingan murid, murid, dan murid. Bagaimana pendapat Anda?

 

Sumber Referensi:

Dewantara, Ki Hajar (1961), Pemikiran, Konsepsi, Keteladan, Sikap Merdeka. Penerbit: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta

Kusuma, Oscarina Dewi dan Siti Luthfah (2022), Praktek Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid, Modul 2.1., KemdikbudRistek, Jakarta

Nurcahyani, Andri Dkk. (2022), Budaya Positif, Modul 1.4, KemdikbudRistek, Jakarta

Petrus Rafael, Simon (2022), Refleksi Fil osofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, Modul 1.1., KemdikbudRistek, Jakarta

http://bukik.com/ajaran-ki-hajar-dewantara/

https://sekolahmenyenangkan.or.id/pendidikan-yang-berhamba-pada-anak/

https://mediaindonesia.com/opini/123897/bermain-sebagai-pengalaman-belajar-autentik

https://www.imrantululi.net/berita/detail/refleksi-filosofis-pendidikan-nasional-ki-hadjar-dewantara

 

 

Senin, 16 Januari 2023

Dimensi Kompetensi Kepala Sekolah, Apa Saja?

Salah satu tugas kepala sekolah yang paling krusial adalah perannya sebagai pemimpin dan manajer. Memahami tugas dan fungsi kepala sekolah dapat membantu meningkatkan kinerja kepala sekolah secara umum, yang dapat berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Dimensi Kompetensi Manajerial

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Pemimpin (leader) adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan personality atau authority (berwibawa). Ia disegani dan memiliki wibawa terhadap bawahannya karena kecakapan dan kemampuan serta didukung oleh perilakunya yang baik. Pemimpin juga harus bisa memimpin organisasi formal dan informal, serta menjadi panutan bagi para bawahannya. Biasanya kepemimpinannya adalah bertipe partisipatif leader dan berfalsafah pimpinan untuk bawahan.

Kepemimpinan dalam bidang pendidikan lebih mengarah kepada pendayagunaan seluruh potensi organisasi serta memposisikan bawahan sebagai penentu keberhasilan pencapaian organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan moral kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi fokus utama. Sehingga pimpinan memiliki fungsi dasar mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahannya untuk bergerak pada arah atau tujuan yang sama.

Tugas pokok kepala sekolah sebagai pemimpin adalah mengatur situasi, mengendalikan kegiatan kelompok / organisasi / lembaga, dan dapat menjadi juru bicara kelompok. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama untuk mendayagunakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah dituntut untuk berperan ganda, baik sebagai catalyst, solution givers, process helpers, dan resource linker.

Sebagai Catalyst, maksudnya adalah kepala sekolah mampu meyakinkan pihak lain akan perlunya perubahan kepada kondisi yang lebih baik. Solution giver, artinya kepala sekolah mengingatkan tentang tujuan akhir dari perubahan. Process helper, artinya kepala sekolah ikut terlibat membantu kelancaran proses perubahan, menyelesaikan masalah dan membina hubungan antar pihak terkait. Sedangkan Resource linker, artinya kepala sekolah dapat menghubungkan orang dengan sumber dana yang dibutuhkan.

Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Apa itu pengertian manajer? Gorton & Alston dalam bukunya yang berjudul School Leadership & Administration: Important Concepts, Casestudies, & Simulations mengemukakan bahwa manager are people who do things right, are leaders all people who do the right things and good managers handle the routine daily jobs. yang artinya: manajer adalah orang-orang yang melakukan hal-hal dengan benar, adalah pemimpin semua orang yang melakukan hal-hal yang benar dan manajer yang baik menangani pekerjaan rutin sehari-hari.

Kepala sekolah sebagai manajer memiliki peranan vital terhadap keberhasilan sebuah sekolah. Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang bertanggung jawab mewujudkan tujuan sekolah. Menurut Wahjosumidjo, fungsi manajerial kepala sekolah tidak lepas dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota organisasi serta memberdayakan sumber daya pendidikan yang tersedia secara optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Fungsi kepala sekolah sebagai seorang manajer setidaknya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Menurut Rohmat dalam bukunya Kepemimpinan Pendidikan, Konsep dan Aplikasi mengatakan bahwa sebagai manajer, kepala sekolah harus menjalaknkan fungsi manajemen yang berhubungan dengan aspek perencanaan seperti:

  1. menentukan tujuan sekolah
  2. merumuskan program pendidikan
  3. menyusun strategi pengembangan
  4. menentukan standarisasi pencapaian tujuan
2. Pengorganisasian (organizing)

Masih dalam buku Wahjosumidjo, menurut Stoner, ada delapan macam fungsi seorang manajer dalam suatu organisasi:

  1. bekerja dengan dan melalui orang lain
  2. bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
  3. mampu menghadapi berbagai persoalan, meski waktu dan sumber daya terbatas
  4. berpikir realistis dan konseptual
  5. menjadi juru penengah
  6. berpikir seperti seorang politisi
  7. mampu menjadi diplomat
  8. mampu mengambil keputusan sulit
3. Penggerakan (actuating)

Penggerakan adalah aktivitas seorang manajer dalam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan serta menuntun bawahan dan personil organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai tujuan.

4. Pengawasan (controlling)

Menurut Ralph Tyler yang dikutip Arikunto dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.

 

Singkatnya, tugas Manajerial kepala sekolah, meliputi:
  • Menyusun perencanaan sekolah.
  • Mengelola program pembelajaran.
  • Mengelola kesiswaan.
  • Mengelola sarana dan prasarana.
  • Mengelola personal sekolah.
  • Mengelola keuangan sekolah.
  • Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat.
  • Mengelola administrasi sekolah.

Dimensi Kompentensi Kewirausahaan

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengembang kewirausahaan, seorang kepala sekolah harus memenuhi kriteria kompetensi sebagai gerikut:

  1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah
  2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif
  3. Memiliki motivasi kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah
  4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang terjadi di sekolah/madrasah
  5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah/madrasah sebagai sumber balajar

Rincian Tugas Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Kewirausahaan

Kepala sekolah memiliki tugas mengadakan pengembangan kewirausahaan terhadap kedelapan standar nasional pendidikan dengan memperkuat jiwa (naluri) kewirausahaan, yaitu menciptakan inovasi, kerja keras, memiliki motivasi yang kuat dan semangat pantang menyerah.

Naluri (jiwa) kewirausahaan ini sangat bermanfaat untuk pengembangan sekolah dengan lebih optimal sehingga dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dan bermuara kepada peningkatan kualitas sekolah yang dipimpinnya. Selain itu, jiwa kewirausahaan yang kuat yang dimiliki oleh kepala sekolah sangat bermanfaat bagi pelaksanaan kurikulum secara utuh serta pengembangan sekolah dalam menghadapi era digital dan pengembangan industri  yang sedang berlangsung saat ini.

Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkan program kewirausahaan di sekolah adalah diantaranya dengan meningkatkan jiwa kewirausahaan dan mengembangkan program kewirausahaan di sekolah. Peningkatan jiwa kewirausahaan dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti:

  1. mengidentifikasi perilaku inovatif;
  2. mengidentifikasi perilaku kerja keras;
  3. mengidentifikasi motivasi yang kuat;
  4. mengidentifikasi perilaku pantang menyerah; dan
  5. mengidentifikasi jiwa kewirausahaan.

Kegiatan mengidentifikasi perilaku-perilaku kewirausahaan tersebut bertujuan untuk mengukur kekuatan jiwa kewirausahaan kepala sekolah agar dapat memenuhi standar kompetensi kewirausahaan kepala sekolah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan program kewirausahaan adalah mengidentifikasi apa saja program inovatif, program perilaku kerja keras, program motivasi yang kuat, program pantang menyerah yang sudah dikembangkan dan yang belum dikembangkan di sekolah. 

 Dimensi Kompetensi Supervisi

A. Tugas Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Dalam menjalankan fungsi dan pekerjaannya sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu melaksanakan dan melaksanakan dengan baik. Untuk itu kepala sekolah harus kreatif, memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Rangkaian tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah

1 . Membuat perencanaan

Perencanaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah antara lain menyusun program tahunan sekolah yang mencakup program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Perencanaan ini selanjutnya dimanifestasikan dalam rencana tahunan sekolah yang disusun dalam dua semester program. Program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana

2. Kepala sekolah bertugas menyusun struktur organisasi sekolah

Organisasi memainkan peran penting dalam fungsi administrasi karena merupakan tempat pelaksanaan semua kegiatan administrasi. Selain itu, dilihat dari fungsinya organisasi juga menetapkan dan menyusun hubungan kerja seluruh anggota organisasi agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugas masing-masing. Organisasi penyusunan merupakan tugas kepala sekolah sebagai administrator pendidikan. Sebelum ditetapkan, proses penyusunan organisasi sebaiknya dirundingkan bersama-sama dengan seluruh anggota agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan bersama. Selain membuat susunan struktur organisasi, kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk mendelegasikan tugas-tugas dan berwenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada.

3. Kepala sekolah sebagai koordinator dalam organisasi sekolah

Pengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan tanggung jawab dari kepala sekolah. Dalam melakukan koordinasi ini sebaiknya kepala sekolah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam organisasi agar koordinasi yang dilakukan dapat menyelesaikan semua hambatan dan halangan yang ada.

4. Kepala sekolah mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah

Berbagai tugas yang berhubungan dengan kepegawaian merupakan wewenang kepala sekolah sepenuhnya. Kepala sekolah mempunyai wewenang untuk mengangkat pegawai, mempromosikan, menempatkan dan atau menerima pegawai baru. Pengelolaan kepegawaian ini akan berjalan dengan baik jika kepala sekolah memperhatikan kesinambungan antara pemberian tugas dan dengan kondisi dan kemampuan pelaksanaannya.

B. Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Supervisi merupakan salah satu tugas pokok dalam administrasi pendidikan dan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur maupun pengawas saja melainkan juga tugas kepala sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya.

1. Pengawasan

Sebelum menjabarkan tugas seorang kepala sekolah sebagai supervisor, kita perlu mengingat kembali pengertian supervisi. Pengawasan adalah kegiatan yang menentukan kondisi atau syarat-syarat esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka mandat kepala sekolah sebagai supervisor sedang mempelajari, mencari dan menentukan syarat-syarat apa saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah harus jeli meneliti syarat-syarat apa yang telah ada dan tercukupi, dan apa yang belum ada atau kurang maksimal.

2. Prinsip Pengawasan

Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui berapa banyak dan tanggung jawab besar kepala sekolah sebagai supervisor. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Moh. Rifai, MA untuk menjalankan pengawasan tindakan-tindakan sebaik-baiknya, kepala sekolah memberi perhatian kepada beberapa prinsip di bawah ini:

  1. Pengawasan harus bersifat konstruktif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus menimbulkan dorongan untuk bekerja.
  2. Pengawasan kecanduan berdasarkan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya (realistis dan mudah dilaksanakan).
  3. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru/pegawai sekolah yang disupervisi.
  4. Pengawasan harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
  5. Pengawasan harus berdasarkan hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi.
  6. Pengawasan harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin kelonggaran guru-guru/pegawai sekolah.
  7. Supervisi tidak bersifat mendesa (otoriter), karena dapat menimbulkan perasaan gelisahatau antisipasi dari guru-guru/pegawai.
  8. Pengawasan tidak boleh didasaran atas pangkat pangkat, pangkat atau kekuasaan pribadi.
  9. Pengawasan tidak boleh bersifat menemukan kesalahan dan kekurangan (ingat bahwa pengawasan tidak sama dengan inspeksi).
  10. Pengawas tidak boleh mengharapkan hasil terlalu cepat dan tidak boleh merasa kecewa.
  11. Pengawasan bersifat preventif, korektif dan kooperatif. Preventif artinya berusaha jangan sampai timbul/terjadi hal-hal yang negatif, mengusahakan memenuhi syarat-syarat sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Korektif artinya mencari-cari kesalahan atau kekurangan serta upaya perbaikan yang dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang disupervisi

 Sumber:

https://www.mysch.id/blog/detail/125/tugas-kepala-sekolah