Jumat, 10 Februari 2023

Zat Adiktif Dalam Kemasan, Apa Saja?


Makanan kemasan dan hidangan cepat saji menggunakan bahan tambahan atau zat aditif untuk meningkatkan cita rasa dan kualitas, sekaligus memperpanjang masa simpan. Lantas, apa saja yang harus Anda ketahui tentang bahan ini?

Apa itu zat aditif?

Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga atau meningkatkan keamanan, kesegaran, rasa, tekstur, atau tampilannya. Zat ini terdapat dalam bentuk alami maupun buatan.

Di Indonesia, zat aditif disebut juga bahan tambahan pangan (BTP), penggunaannya diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Bahan ini tidak dikonsumsi sebagai makanan dan bukan merupakan bahan baku makanan. Meski begitu, zat aditif bisa saja mengandung zat gizi.

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019, zat aditif ditambahkan pada proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, dan/atau pengangkutan.

Fungsi bahan aditif

Fungsi bahan tambahan pangan tergantung dengan jenisnya. Ada yang bisa memadatkan tekstur, ada juga yang meningkatkan kualitas dan ketahanan makanan.

1. Memberikan tekstur yang halus dan konsisten

Fungsi ini dapat ditemui dalam beberapa jenis zat aditif pada makanan.

  • pengemulsi,
  • penstabil dan pengental,
  • antikempal,
  • antibuih, dan
  • pengembang.

2. Mempertahankan kegunaan dari makanan

Zat aditif yang berfungsi untuk mempertahankan kegunaan makanan adalah pengawet dan antioksidan.

Pengawet mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat kuman agar tidak mudah membusuk.

Sementara itu, antioksidan mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat oksidasi.

3. Mengontrol keseimbangan keasaman dalam makanan

Zat aditif dengan jenis pengatur keasaman dapat membantu mengubah keasaman makanan.

Zat ini memberikan rasa asam, menetralkan rasa, atau menjaga rasa asam yang sudah ada. Keasaman yang terjaga juga menjaga warna asli makanan.

Bahan tambahan pangan ini bahkan menjaga kadar pH makanan sehingga mencegah pertumbuhan kuman berbahaya.

4. Memberikan warna

Produsen makanan bisa menambahkan zat peretensi warna.

Zat aditif pewarna alami atau buatan ini dapat memberikan atau memperbaiki warna makanan agar lebih menarik.

Bahan tambahan pangan ini berguna untuk mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat warna makanan yang sudah ada.

5. Meningkatkan cita rasa

Zat aditif perasa juga bisa ditambahkan ke dalam makanan untuk menghasilkan rasa atau memperkaya rasa yang sudah ada.

Tidak cukup bahan perasa, ada jenis bahan tambahan bernama penguat rasa. Zat ini bisa memperkuat atau mengubah rasa dan aroma tanpa menambahkan rasa atau aroma lain.

Penambahan pemanis alami atau buatan pun bisa mengubah cita rasa makanan.

Jenis-jenis zat aditif

Berikut beberapa jenis-jenis zat aditif.

1. Zat pengawet

Pengawet berguna untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, atau pembusukan bahan makanan akibat mikroorganisme.

Beberapa jenis zat pengawet, di antaranya natrium nitrit, natrium sulfit, asam benzoat, kalsium benzoat, nisin, nitrat, natrium nitrat, dan asam propionat.

2. Zat pemanis

Zat aditif yang satu ini terdiri dari bahan pemanis alami dan buatan yang memberikan atau menambah rasa manis pada makanan.

Pemanis alami bisa ditemukan pada sirup jagung fruktosa, sorbitol, taumatin, manitol, isomalt, steviol, maltitol, silitol, dan ertritol.

Sementara itu, pemanis buatan bisa ditemukan pada asesulfam-K, aspartam, asam siklamat, sakarin, sukralosa, dan neotam.

3. Zat penguat rasa

Penguat rasa berguna untuk memperkuat atau mengubah rasa dan atau aroma yang telah ada tanpa bahan pangan. Penguat rasa bisa ditemukan pada MSG.Tidak hanya terbatas pada makanan kemasan, masakan rumahan pun sering ditambahkan MSG agar rasanya makin lezat.

Ada banyak kontroversi terkait zat aditif ini. Konsumsi berlebihan bahkan dikaitkan dengan Chinese Restaurant Syndrome, yaitu mual dan sesak napas setelah mengonsumsi makanan dengan MSG tinggi.

Meski begitu, MSG aman asalkan tidak dikonsumsi berlebihan. Takaran MSG yang aman adalah 0 – 120 mg/kg berat badan.

4. Zat pewarna

Pewarna merupakan zat yang bisa memberikan warna baru atau memperbaiki warna pada bahan pangan.

Pewarna alami bisa ditemukan pada kurkumin, riboflavin, klorofil, pewarna karamel, beta-karoten, likopen tomat, merah bit, antosianin.

Sementara itu, pewarna pewarna buatan di antaranya tartrazine, karmoisin, ponceau 4R, eritrosin, merah allura, dan biru berlian.

5. Zat pengemulsi

Pengemulsi adalah kandungan yang membantu mencampur beberapa bahan pangan agar bisa menyatu, seperti minyak dan air.

Beberapa jenis pengemulsi yang ditemukan pada makanan, yaitu kalsium karbonat, lesitin, natrium laktat, kalsium laktat, mononatrium fosfat, kalsium alginat, agar, karagenan, dan gelatin.

6. Antioksidan

Antioksidan adalah zat aditif untuk mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat oksidasi.

Anda bisa menemukan bahan antioksidan pada asam askorbat, tokoferol, propil galat, asam eritorbat, butil hidroksi anisol (BHA), dan butil hidroksi toluen (BHT).

Beberapa jenis lainnya, seperti:

  • pengental,
  • antikempal,
  • antibuih,
  • pengembang,
  • pengatur keasaman, dan
  • perasa.

Efek samping zat aditif

BPOM sudah menentukan batas maksimum seluruh jenis bahan tambahan pangan yang akan digunakan di dalam suatu makanan.

Bila tepat atau berada di bawah batas maksimum, tentu bahan tambahan pangan ini aman.

Perlu diketahui, bahan tambahan pangan ini biasanya digunakan oleh produsen pangan. Jadi, produsen pun sudah memiliki alat untuk mengukur jumlah zat aditif secara akurat.

Meski begitu, tetap ada potensi efek sampingnya, terutama bila dikonsumsi berlebihan. Apa saja?

1. Masalah otak

Asupan natrium benzoat yang tinggi berkaitan dengan kesulitan fokus dan hiperaktif (ADHD).

Bahan ini berpotensi memengaruhi bagian otak yang mengatur perhatian dan perilaku.

Meski begitu, penelitian yang dilakukan cenderung terbatas sehingga efek zat aditif ini perlu dikaji ulang.

2. Kanker

Natrium nitrit yang terkena suhu panas yang cukup tinggi dapat berubah bentuk menjadi nitrosamin. Senyawa ini berpotensi menjadi penyebab kanker lambung.

Namun, penelitian yang dilakukan masih belum bisa sepenuhnya memastikan risiko tersebut.

Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C dapat berubah menjadi benzena, zat yang juga meningkatkan risiko kanker.

3. Masalah metabolisme

Mengonsumsi sirup jagung tinggi fruktosa dalam porsi berlebihan bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.

Pasalnya, jenis pemanis ini tinggi kalori dan mudah diserap tubuh. Jadi, bisa menambah berat badan dan menaikkan kadar gula darah dengan singkat.

Meski rendah atau tanpa kalori, pemanis buatan bikin gemuk pun tak dapat dihindari.

Zat aditif adalah bahan tambahan yang berguna untuk menjaga kualitas suatu makanan.

Bahan ini aman digunakan, asal jumlahnya terbatas dan tidak melebihi batas yang ditentukan BPOM.

Meski begitu, tetap ada risiko efek samping yang mungkin Anda alami. Untuk itu, ada baiknya batasi konsumsi makanan olahan dalam sehari-hari.

Anda bisa menggunakan rempah penyedap bahan lainnya yang relatif lebih aman.

Produk makanan dalam kemasan sangat rentan terhadap bahan kimia tambahan. Zat-zat tersebut berguna untuk mengubah warna atau mengawetkan makanan. Masalahnya, sebagian besar bahan kimia merupakan senyawa sintetik dengan beberapa efek negatif bagi kesehatan. 


Zat Adiktif dalam Makanan Kemasan

Berikut adalah  zat aditif dalam makanan kemasan yang perlu Anda hindari, menurut Organicjar.

1. Pemanis buatan. Aspartam adalah jenis pemanis buatan yang sering ditemukan pada makanan kemasan berlabel "diet" atau "bebas gula". Konsumsi aspartam yang berlebihan bisa menimbulkan efek neurotoksik seperti pusing, sakit kepala, kebingungan mental, migrain, dan kejang.

2. Sirup jagung fruktosa tinggi atau Sirup Jagung Fruktosa Tinggi. Pemanis buatan ini bisa ditemukan di hampir semua makanan olahan. Efek samping dari konsumsi sirup jagung fruktosa tinggi adalah diabetes perkembangan dan kerusakan jaringan.

Sirup jagung atau fruktosa digunakan untuk membantu adonan mengembang dan memberikan warna cokelat pada roti. Banyak produsen roti menyukai gula ini karena harganya yang murah dan menguntungkan. Sayangnya, zat ini adalah penyebab obesitas nomor satu dan sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, sindrom metabolisme, penyakit lever, dan banyak lainnya. 

3. Monosodium glutamat. MSG adalah asam amino yang digunakan sebagai penambah rasa dalam sup, salad saus , kentang goreng, dan masih banyak lagi. Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi rutin MSG mengakibatkan efek samping, seperti depresi, disorientasi, kerusakan mata, kelelahan, sakit kepala, dan obesitas.

4. Lemak trans atau lemak trans. Lemak trans digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk makanan dan merupakan salah satu zat paling berbahaya yang sering Anda konsumsi. Banyak studi menunjukkan bahwa lemak trans meningkatkan kadar kolesterol LDL sekaligus mengurangi HDL atau kadar kolesterol baik, meningkatkan risiko serangan jantung, penyakit jantung dan stroke, meningkatkan risiko diabetes, peradangan, dan masalah kesehatan lainnya.

5. Pewarna makanan buatan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pewarna makanan buatan yang ditemukan dalam soda, jus buah , dan saus salad, dapat menyebabkan masalah perilaku dan penurunan IQ pada anak.

6. Natrium sulfit. Pengawet ini digunakan dalam pembuatan buah kering. Bagi orang yang sensitif terhadap senyawa ini bisa mengalami sakit kepala, masalah pernapasan, dan ruam. Pada kasus yang parah, natrium sulfit dapat menyebabkan kematian dan serangan jantung.

7. BHA dan BHT. Hydroxyanisole butylated (BHA) dan butylated hydrozyttoluene (BHT) adalah pengawet yang ditemukan dalam sereal, permen karet, keripik kentang, dan minyak sayur. Efek samping dari senyawa ini menyebabkan kerusakan sistem saraf otak dan kanker.

8. Belerang Dioksida. Zat ini sering ditemukan pada buah dan sayuran mentah. Efek samping dari senyawa kimia ini, termasuk masalah bronkial, terutama pada mereka yang rentan terhadap asma, hipertensi (tekanan darah rendah), sensasi kesemutan atau syok anafilaksis.

9. Kalium Bromat . Zat aditif ini digunakan untuk meningkatkan volume tepung atau roti. Ternyata, kandungan kalium bromat dalam jumlah kecil pada roti sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Jadilah pembeli yang pintar dengan lebih teliti terhadap kandungan makanan yang Anda beli. Sebetulnya, makanan atau minuman kemasan memang tidak benar-benar aman bagi kesehatan. Sebaiknya Anda membatasi konsumsi makanan dalam kemasan dan menggantinya dengan makanan segar tanpa pengawet.

10. L-cysteine

L-cysteine adalah zat penghalus yang ditambahkan pada roti untuk mempercepat proses produksi. Meski dibuat di laboratorium, zat ini sebenarnya didapatkan dari sumber-sumber alami. Terdengar sehat? Sayangnya tidak. Sumber-sumber alami yang digunakan untuk L-cysteine bisa berasal dari rambut manusia, bulu ayam, tanduk sapi, dan lainnya.

11. Potassium bromate

Potassium bromate biasanya digunakan untuk mengurangi waktu membuat roti dan membuat adonan menjadi keras. Ini disukai oleh perusahaan besar karena bisa menghemat ongkos produksi. Namun di sisi kesehatan, potassium bromate telah lama dikaitkan dengan kanker ginjal dan penyakit tiroid. Saat ini potassium bromate sudah dilarang digunakan di Brazil, Uni Eropa, Peru, Korea Selatan, dan China.

12. Biji-bijian Olahan

Biji-bijian olahan tak terdengar menakutkan, namun sayangnya biji-bijian ini telah kehilangan semua kadar nutrisi di dalamnya dan tak bisa memberikan apapun pada Anda. Biji-bijian ini nantinya akan dipecah menjadi gula dengan sangat cepat dan menyebabkan lonjakan gula darah. Komposisi ini juga diketahui berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan resistensi insulin, serta meningkatkan risiko serangan jantung hingga 30 persen. Jangan tertipu dengan kata 'tepung terigu' pada komposisi roti karena itu bukan berarti berasal gandum atau biji-bijian yang kaya nutrisi.

13. Azodicarbonamide

Zat aditif yang satu ini digunakan untuk memperlembut tekstur roti. Tak hanya pada roti, zat ini biasanya juga digunakan pada roti burger di Amerika Serikat. Zat aditif ini telah dilarang penggunaannya di Singapore karena bisa menyebabkan masalah pernapasan, asma, dan alergi pada beberapa orang.


Sumber:

https://www.merdeka.com/sehat/9-zat-aditif-yang-ditemukan-dalam-makanan-kemasan.html

https://www.merdeka.com/sehat/5-zat-aditif-berbahaya-yang-tersembunyi-dalam-roti.html

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/pemanis-buatan-splenda-dan-stevia/?amp=1&amp_same_origin=1