Senin, 20 April 2020

Big day, kapan?

كلا سيعلمون
تم كلا سيعلمون

Big day, bagi praktisi di dunia pendidikan, yaitu adanya kebangkitan (revolusi pemikiran), yaitu jatuh pada tanggal 2 Mei.

ditandai lahirnya tokoh nasional, Soewardi" atau "KHD"),  tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

 Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.



kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".

Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.
Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.




Sunting




Patung Ki Hajar Dewantara
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

Khi Hadjar Dewantara mengusung filosofi :
Ing ngarso sung tulodho
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani

Kebenaran filosofi ini diterima semua kalangan. Namun, di tahapan implementasinya, filosofi ini menjadi perdebatan karena terjadinya ambiguitas dan bias (deviasi dan degradasi) hari ini.

Ya, revolusi mental yang sesungguhnya adalah kesiapan semua pihak untuk berpikir cerdas, bekerja keras, dan niat yang ikhlas.

Di tataran berpikir cerdas inilah, dalam sejarah Islam, kehadiran Nabi Muhammad SAW  pun yang memberitakan hari kebangkitan (big day) tak bisa diterima oleh Kafir Quraisy yang ingkar terhadapnya.

Dan,  Allah SWT pun mem-warning :
"Kelak mereka akan mengetahui"

Ya, kerapkali kita lebih sibuk berdebat kusir...
Berwacana...
Berkomentar ria...
Dalam koridor kedunguan kita
Karena matinya akal sehat kita.

Puasa Ramadhan tahun ini
Tentunya, mencerahkan akal sehat kita sebagai jalan terbaik menuju pembersihan nurani :

Sebuah --the big war--
Perlawanan (rem) atas liarnya ambisi...,libido....,dan hawa diri.

Maka, parameter puasa di ranah pendidikan adalah seberapa "powerfull" kita mampu memberikan keteladanan, menjadi motor penggerak, dan menjadi turbin reformasi dan revitalisasi nilai-nilai filosofis yang diwariskan KHD untuk terus-menerus : mendidik, mengajar, dan melatih anak-anak bangsa.


  الله اعلم