Sabtu, 11 Juli 2020

Surat Cintaku

Mbakyu...
Maafkan diriku, ya?
Untuk saling menyayang dan mencinta, mungkin tak cukup dengan me__roso belaka.

Ya, marilah belajar untuk saling mengerti dan saling memahami (demi keutuhan cinta kita, tentunya). 

Jika, diriku terjatuh
Maka, tuntunlah
Jika, diriku lumpuh
Maka, gendonglah
Jika, diriku buta
Maka, berbisyiklah

Mbakyu....
Cinta sejati tak mengenal 
Diksi...
Nama...
Ruang...
Waktu..
Ikon....
Simbol...
Bentuk...
Dan warna...
Bahkan, tahi kucing pun terasa coklat, bukan?

Tapi, ya sudahlah!
Jika, gelora cinta ini (__story-ku) tak terasa coklat, ya hapuslah diriku di hatimu. 

(Emang hanya dirimu yang cantik?
Yang baik hati?
Yang rendah hati?
Yang__sweet...?
Yang__slim...?
Yang__beautifull...?)

Begini, Mbakyu...
DAK
Ini akronim dari Dunia AKademika.

Dari tafsir ini, kita tak sulit memahami betapa memodifikasi __kamar __(diksinya sahabatku, Zuko) menuju ruang akal sehat (kajian ilmiah) adalah __beatngah__hasanah. 

Bukankah kita kelompok intelektual, dan manusia pembelajar untuk menelorkan anak-anak di masa depan?

Dalam teori kuantum teaching
Jika kita berada di satu titik (kamar?), maka dengan sendirinya terintegrasi (bersinergi secara otomatis) dengan titik lainnya.

Ini pula __ruh Kurtilas__, bukan?
Memproses__info (diksi dirimu?)__apapun diksi (bentuk, warna, substansi)nya menjadi lebih bermakna bagi __kamar__(ruang belajar) kita.

Ya, jika __story-ku engkau anggap__rubbish__, tekanlah HP-mu dengan jari kelingking di tombol __clear message__

Namun, Mbakyu Tutik mengajarkan bahwa sampah tak boleh dibakar, namun di-recycle atau di-reuse hingga__ bernilai plus__dalam hidup kita.

Allahu A'lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar