Makanan kemasan dan hidangan cepat saji menggunakan bahan tambahan atau zat aditif untuk meningkatkan cita rasa dan kualitas, sekaligus memperpanjang masa simpan. Lantas, apa saja yang harus Anda ketahui tentang bahan ini?
Apa itu zat aditif?
Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga atau meningkatkan keamanan, kesegaran, rasa, tekstur, atau tampilannya. Zat ini terdapat dalam bentuk alami maupun buatan.
Di Indonesia, zat aditif disebut juga bahan tambahan pangan (BTP), penggunaannya diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Bahan ini tidak dikonsumsi sebagai makanan dan bukan merupakan bahan baku makanan. Meski begitu, zat aditif bisa saja mengandung zat gizi.
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019, zat aditif ditambahkan pada proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, dan/atau pengangkutan.
Fungsi bahan aditif
1. Memberikan tekstur yang halus dan konsisten
Fungsi ini dapat ditemui dalam beberapa jenis zat aditif pada makanan.
- pengemulsi,
- penstabil dan pengental,
- antikempal,
- antibuih, dan
- pengembang.
2. Mempertahankan kegunaan dari makanan
Zat aditif yang berfungsi untuk mempertahankan kegunaan makanan adalah pengawet dan antioksidan.
Pengawet mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat kuman agar tidak mudah membusuk.
Sementara itu, antioksidan mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat oksidasi.
3. Mengontrol keseimbangan keasaman dalam makanan
Zat aditif dengan jenis pengatur keasaman dapat membantu mengubah keasaman makanan.
Zat ini memberikan rasa asam, menetralkan rasa, atau menjaga rasa asam yang sudah ada. Keasaman yang terjaga juga menjaga warna asli makanan.
Bahan tambahan pangan ini bahkan menjaga kadar pH makanan sehingga mencegah pertumbuhan kuman berbahaya.
Produk makanan dalam kemasan sangat rentan terhadap bahan kimia tambahan. Zat-zat tersebut berguna untuk mengubah warna atau mengawetkan makanan. Masalahnya, sebagian besar bahan kimia merupakan senyawa sintetik dengan beberapa efek negatif bagi kesehatan.
Zat Adiktif dalam Makanan Kemasan
Berikut adalah zat aditif dalam makanan kemasan yang perlu Anda hindari, menurut Organicjar.
1. Pemanis buatan. Aspartam adalah jenis pemanis buatan yang sering ditemukan pada makanan kemasan berlabel "diet" atau "bebas gula". Konsumsi aspartam yang berlebihan bisa menimbulkan efek neurotoksik seperti pusing, sakit kepala, kebingungan mental, migrain, dan kejang.
2. Sirup jagung fruktosa tinggi atau Sirup Jagung Fruktosa Tinggi. Pemanis buatan ini bisa ditemukan di hampir semua makanan olahan. Efek samping dari konsumsi sirup jagung fruktosa tinggi adalah diabetes perkembangan dan kerusakan jaringan.
Sirup jagung atau fruktosa digunakan untuk membantu adonan mengembang dan memberikan warna cokelat pada roti. Banyak produsen roti menyukai gula ini karena harganya yang murah dan menguntungkan. Sayangnya, zat ini adalah penyebab obesitas nomor satu dan sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, sindrom metabolisme, penyakit lever, dan banyak lainnya.
3. Monosodium glutamat. MSG adalah asam amino yang digunakan sebagai penambah rasa dalam sup, salad saus , kentang goreng, dan masih banyak lagi. Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi rutin MSG mengakibatkan efek samping, seperti depresi, disorientasi, kerusakan mata, kelelahan, sakit kepala, dan obesitas.
4. Lemak trans atau lemak trans. Lemak trans digunakan untuk memperpanjang umur simpan produk makanan dan merupakan salah satu zat paling berbahaya yang sering Anda konsumsi. Banyak studi menunjukkan bahwa lemak trans meningkatkan kadar kolesterol LDL sekaligus mengurangi HDL atau kadar kolesterol baik, meningkatkan risiko serangan jantung, penyakit jantung dan stroke, meningkatkan risiko diabetes, peradangan, dan masalah kesehatan lainnya.
5. Pewarna makanan buatan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pewarna makanan buatan yang ditemukan dalam soda, jus buah , dan saus salad, dapat menyebabkan masalah perilaku dan penurunan IQ pada anak.
6. Natrium sulfit. Pengawet ini digunakan dalam pembuatan buah kering. Bagi orang yang sensitif terhadap senyawa ini bisa mengalami sakit kepala, masalah pernapasan, dan ruam. Pada kasus yang parah, natrium sulfit dapat menyebabkan kematian dan serangan jantung.
7. BHA dan BHT. Hydroxyanisole butylated (BHA) dan butylated hydrozyttoluene (BHT) adalah pengawet yang ditemukan dalam sereal, permen karet, keripik kentang, dan minyak sayur. Efek samping dari senyawa ini menyebabkan kerusakan sistem saraf otak dan kanker.
8. Belerang Dioksida. Zat ini sering ditemukan pada buah dan sayuran mentah. Efek samping dari senyawa kimia ini, termasuk masalah bronkial, terutama pada mereka yang rentan terhadap asma, hipertensi (tekanan darah rendah), sensasi kesemutan atau syok anafilaksis.
9. Kalium Bromat . Zat aditif ini digunakan untuk meningkatkan volume tepung atau roti. Ternyata, kandungan kalium bromat dalam jumlah kecil pada roti sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Jadilah pembeli yang pintar dengan lebih teliti terhadap kandungan makanan yang Anda beli. Sebetulnya, makanan atau minuman kemasan memang tidak benar-benar aman bagi kesehatan. Sebaiknya Anda membatasi konsumsi makanan dalam kemasan dan menggantinya dengan makanan segar tanpa pengawet.
10. L-cysteine
L-cysteine adalah zat penghalus yang ditambahkan pada roti untuk mempercepat proses produksi. Meski dibuat di laboratorium, zat ini sebenarnya didapatkan dari sumber-sumber alami. Terdengar sehat? Sayangnya tidak. Sumber-sumber alami yang digunakan untuk L-cysteine bisa berasal dari rambut manusia, bulu ayam, tanduk sapi, dan lainnya.
11. Potassium bromate
Potassium bromate biasanya digunakan untuk mengurangi waktu membuat roti dan membuat adonan menjadi keras. Ini disukai oleh perusahaan besar karena bisa menghemat ongkos produksi. Namun di sisi kesehatan, potassium bromate telah lama dikaitkan dengan kanker ginjal dan penyakit tiroid. Saat ini potassium bromate sudah dilarang digunakan di Brazil, Uni Eropa, Peru, Korea Selatan, dan China.
12. Biji-bijian Olahan
Biji-bijian olahan tak terdengar menakutkan, namun sayangnya biji-bijian ini telah kehilangan semua kadar nutrisi di dalamnya dan tak bisa memberikan apapun pada Anda. Biji-bijian ini nantinya akan dipecah menjadi gula dengan sangat cepat dan menyebabkan lonjakan gula darah. Komposisi ini juga diketahui berkaitan dengan tekanan darah tinggi dan resistensi insulin, serta meningkatkan risiko serangan jantung hingga 30 persen. Jangan tertipu dengan kata 'tepung terigu' pada komposisi roti karena itu bukan berarti berasal gandum atau biji-bijian yang kaya nutrisi.
13. Azodicarbonamide
Zat aditif yang satu ini digunakan untuk memperlembut tekstur roti. Tak hanya pada roti, zat ini biasanya juga digunakan pada roti burger di Amerika Serikat. Zat aditif ini telah dilarang penggunaannya di Singapore karena bisa menyebabkan masalah pernapasan, asma, dan alergi pada beberapa orang.
Sumber:
https://www.merdeka.com/sehat/9-zat-aditif-yang-ditemukan-dalam-makanan-kemasan.html
https://www.merdeka.com/sehat/5-zat-aditif-berbahaya-yang-tersembunyi-dalam-roti.html
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/pemanis-buatan-splenda-dan-stevia/?amp=1&_same_origin=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar