engkau, siapa?
Mengambil palu-Ku
menghakimi sesama
engkau, siapa?
Mencuri selendang-Ku
mengibarkan angkuhnya jiwa
engkau, siapa?
Bertingkah makar di altar-Ku
Semau hawa
engkau, siapa?
Bertindak liar di singgasana-Ku
Menerbangkan sayap dusta
engkau, siapa?
Mengaku abdi
Memboyong pelana-Ku semaunya
engkau, siapa?
Mengobral wacana
Menguras laut-Ku tanpa asa
engkau, siapa?
Memutar lidah
Menghabiskan malam-Ku tanpa cinta
engkau, siapa?
Mengaum sepanjang siang
Merampas matahari-Ku dengan rakusnya
engkau, siapa?
Bermain logika
Menjadi berhala
engkau, siapa?
Melipat-gandakan busa
Tanpa aroma
engkau,
hanya berkata-kata
Tanpa makna
Juga, tanpa bukti nyata
***
Warisan terbesar Guru adalah Buku, Fiksi, Non Fiksi, Atau satu huruf Alif sekalipun! Agar mengundang banyak tanya bagi anak-didik kita? Maka, Menulislah seperti orang jatuh cinta (Kata Kang Mashuri, Penyair Muda Jawa Timur an) Tanpa Cinta dengan profesi kita. Kita memang tak membuahkan apa-apa. Hanya getah dan busa tak bermakna Yang kita wariskan. Dan, itu racun bagi anak didik kita! Mengapa kita tak meracik anti virus (Buku) yang menyehatkan Dan membahagiakan anak-didik kita?