Love letter to Edsa 88
Sahabat...
Kita mesti bersyukur
Satu kampus dengan mbah Muhadjir
Namun, Si Mbah kita akan di-replace mbah Asep?
Dan, fullday school akan di-delete?
Maaf, mungkin ini bukan tema menarik.
Okelah...
Kita menggagas grup kita saja.
Sebagai new comer, EDSA ini akronim apa ?
Ya, Mohon Maaf pula.
Lebih 30 tahun kita tak bersua
Nge-blank memory Saya
Sementara, yang masih menguat
Seperti Kang Warno, Kang Amnan
(yang berebut limbah tahu ==menjes ==di mushola tua Joyo Sempol). Juga, Kang Syamsul, Kang Fitri Dan Kang Nur ibadi (juga, Kang luthfi).
Oh, Ya...!
Kang Harjali yang mengundang Saya pun tidak ada template nya dalam memories.
Ya, banyak wajah sahabat yang terlupakan. Sebagaimana Kang Amnan (pengamat politik international? How are you?) yang rindu Mbakyu (rodliyatam) mardiyah (?), Sebagaimana Saya juga rindu sahabat (yang dari mojo Agung (Jika tak keliru) itu, lho? ==the short hair, low profile N ndesoni itu? ==Siapa ya namanya?). Aina hiya? How is she?
Ya, Album kenang2an wisudawan sudah menghilang. Saya ingin EDSA membuat Album anggota plus foto Dan data keluarga (juga, riwayat pekerjaan).
Menyimak sebentar grup EDSA, Semuanya aktif (praktisi) di sektor formal, non formal, maupun informal. Luar biasa...!
Kita mungkin bisa merakit korporasi ke depan. Ya, untuk menyukseskan peran kholifah fil ardli atau bejo dunyo -akherot (Maaf, terkena virus Sang Khyai atau Wak Haji di grup EDSA itu, lho...!).
Begini...
Saya sedang berlatih menulis Buku Pendidikan atau mirip buku Teks (buku ajar).
Saya berharap sahabat bisa melengkapi testimoni atas benefits buku Saya kelak. Dari kalangan akademisi maupun profesional atau pengamat pendidikan atau aktifis literasi atau apapun dari Grup EDSA?
OK, bisa bantu Saya, Ya?
Dan, kelak pun siap menjadi user atau buyer. Heeee...
Ya, Semoga kita semua dimudahkan oleh-Nya untuk silaturahmi di TA.
Lalu, kita perkuat korporasi kita. Bersaing dengan Indo March, Alfa March, NU-March...?
Atau, Kita bangun yayasan pendidikan untuk berkompetisi di bursa pasar boarding school?
Atau, ke bursa paseduluran saja (besanan, misalnya...? Heee...)
Sekian dulu, Ya...?
I love you full 4 all. Sure...!
Wassalam,
SUDRUN
(Maaf, pinjam nama dari Buku Kang Emha, Guru besar Saya)
Warisan terbesar Guru adalah Buku, Fiksi, Non Fiksi, Atau satu huruf Alif sekalipun! Agar mengundang banyak tanya bagi anak-didik kita? Maka, Menulislah seperti orang jatuh cinta (Kata Kang Mashuri, Penyair Muda Jawa Timur an) Tanpa Cinta dengan profesi kita. Kita memang tak membuahkan apa-apa. Hanya getah dan busa tak bermakna Yang kita wariskan. Dan, itu racun bagi anak didik kita! Mengapa kita tak meracik anti virus (Buku) yang menyehatkan Dan membahagiakan anak-didik kita?