Oh, indahnya malam ini
Di tengah rintik hujan
Bersama alunan air-Mu
Menetes perlahan
Mengairi bumi-Mu
Memasuki lembah...
Kolam...
Pesawahan...
Juga, sumur ...
Maka, berakhirlah kemarau panjang
Namun, Mbakyu Covid hadir
Dan mengganggu tidur ku saja :
Mimpi panjang yang tak pernah usai
Tak berujung dan tanpa batas
Tentang liar nya hawa diri
Mengejar masa depan yang masih absurd...
Remang-remang...
Dan gelap
Yang tampak matahari-Mu
Ternyata bulan
Dan tampak bulan-Mu
Ternyata matahari
Yang tampak Kakbah-Mu
Ternyata perhotelan
Dan tampak perhotelan
Ternyata Kakbah-Mu
Yang tampak masjid-Mu
Ternyata pasar
Dan tampak pasar-Mu
Ternyata masjid
Yang tampak mutiara-Mu
Ternyata batu sungai
Dan tampak batu sungai-Mu
Ternyata mutiara
Oh, indahnya teka-teki-Mu
Menguji akal sehat dan nurani
Bak di persimpangan jalan
Maka, beruntung lah siapapun
Saat Engkau mengirim malam
Tak meminta hadirnya pagi
Karena malam menyejukkan para pengantin
Untuk menikmati cinta
Di tengah lockdown yang berkepanjangan
***
Warisan terbesar Guru adalah Buku, Fiksi, Non Fiksi, Atau satu huruf Alif sekalipun! Agar mengundang banyak tanya bagi anak-didik kita? Maka, Menulislah seperti orang jatuh cinta (Kata Kang Mashuri, Penyair Muda Jawa Timur an) Tanpa Cinta dengan profesi kita. Kita memang tak membuahkan apa-apa. Hanya getah dan busa tak bermakna Yang kita wariskan. Dan, itu racun bagi anak didik kita! Mengapa kita tak meracik anti virus (Buku) yang menyehatkan Dan membahagiakan anak-didik kita?