Hakiki perpisahan adalah berpisahnya raga dengan jiwa kita
Kang Hisbullah menyebut ruh.
Adapun, pengsiun?
Diksi Kang Jarwo adalah berpisahnya stempel dari tangan kita
Maka,
Perpisahan hari ini
Sesungguhnya tak pernah ada
Kalau, toh ada
Bukankah ini perpisahan raga belaka adanya
Karena meja tugas yang telah dilepas oleh-Nya, ya?
Demikian juga, perpisahan kita dengan para sahabat tercinta yang telah mendahului kita, bukan?
Sebut saja:
Kang Lilik, Kang Ahmad, Mbakyu Tutik, Syeh Jalil, Mbah Karjuni, Mbah Dasuki, Mbah Bachrun, Mbah Harnowo....
Allahummaghfir lahum....!
(Mereka, never die, kata Doktor Mahfud)
dan entah giliran siapa lagi
Hari ini, esok, atau lusa
Raganya berpisah dengan kita
(Namun, kuminta doamu:
giliran ragaku yang terakhir kali saja tertimbun tanah, ya Sahabat?)
Maka, perpisahan hari ini
Sesungguhnya semu adanya
Karena ragamu masih bebas gentayangan dan kita pun masih bisa berselfi ria
Sahabat...
Maafkan aku
Kucurigai engkau telah melakukan penggiringan massa saat suksesi di telaga Sarangan tempo lalu
Engkau tempatkan orang-orang mu
Dan engkau dudukkan Kang Hero
menjadi Sesepuh di rumah besar kita:
Musyawarah Kerja Kinacek Sekolah
Baiklah, dalilmu waktu itu
adalah roso pangroso
Namun, ketahuilah
tak mudah bagiku memahami rosomu
Mengapa?
Karena, menurut rosoku tak masuk akal
Juga, tak ngilmiyah
Sebaliknya, menurut rosomu
masuk akal dan demokratis
Begitulah,
Di tengah keragaman roso pangroso di antara kita, ya?
Beragam roso, beragam tarekat!
Bagi CakMar, 60 ribu adalah tarif yang tak sedap dan pilihan tarekat yang tak bijak. Namun, bagi Kang Suman, tarif 60 ribu adalah resep ideal sesuai aplikasi ARKAS. Inilah dampak peqih roso pangroso! Maka, Kang Hero mengingatkan:
"Ojo dibanding-bandingke! "
Tapi, ya sudahlah, Sahabat!
Maka, saat engkau bertanya di bawah gazibu Kantor kesayangan Guz Three itu:
"Kapan awakmu pengsiun, Drun.., Sudrun?"
Kujawab singkat saja menurut dalil roso pangroso:
"Iso dino iki, sesuk, utowo emben...!
Manut Gusti Allah wae. "
Tampak engkau ingin marah besar, ya waktu itu? Namun, sesungguhnya itu jawaban dari roso pangroso yang teramat dalam, Sahabat!
No mine-mine!
Sahabat,
Ada satu pernyataan dirimu yang sungguh tak menggembirakan diriku:
"Drun, yen mbesok awakmu wis dadi Pengawas, ojo kereng-kereng! Ojo nggolek salahe liyan. Nggolekono salahmu dhèwèk! Amarga Dapurmu bukan lah ketua panitia rekruitmen calon penghuni syurga! "
Ketahuilah...!
Heee... !
Roso pangroso dirimu tidaklah sahih.
Sudrun melirik kursinya Sekda
Untuk kursi pengawas Mbah Kasman, Mbah Pur, atau Mbah Priok?
Biarlah Guz Three yang mendudukinya!
Sahabat...
Anggaplah ini puisi terindah untuk mu, ya?
Selamat berpisah karena sekat ruang dan waktu belaka adanya
Bagaimana pun, roso pangroso kita
Akan tetap menyatu jua
Selamanya
Pesan terakhir Sudrun:
Selamat mengkoleksi anak dan cucu
Termasuk, beberapa model rambut Rebonding
Jika menurut roso pangroso
engkau masih bisa tampil hot dan mampu berdiri tegak
Pacitan, 14 September 2022
Catatan kecil untuk Kang Bebe
Di hotel Srikandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar