Refleksi diri, untuk apa?
=======
Dulu, Pak Dhe kota reyog yang gemar "word art" (sablon) itu pernah menulis :
"Samubarang (lelakon) sing wis kelakon, dadio koco pengilon".
Di ranah manajemen sekolah, kita mengenal EDS, sebagai bahan masukan untuk menyusun blue print (school planning) RKS, RKT, dan RKAS.
Di ranah pembelajaran, tentunya ==jurnal mengajar guru (dengan catatan, atau ==potret, bahkan Vidio yang komprehensif) menjadi bahan masukan penting untuk refleksi pembelajaran guru.
Pasca refleksi pembelajaran, guru seyogyanya melakukan diagnosa dan merumuskan hipotesa, serta rencana perbaikan pembelajaran ke depan.
Di sinilah perlunya tindaklanjut melalui riset (Classroom Action Riset) hingga pemberian terapi (recovery of learning) atas virus (learning problem) berdasarkan kajian akademis dan kaidah ilmiah.
Allahu A'lam
Warisan terbesar Guru adalah Buku, Fiksi, Non Fiksi, Atau satu huruf Alif sekalipun! Agar mengundang banyak tanya bagi anak-didik kita? Maka, Menulislah seperti orang jatuh cinta (Kata Kang Mashuri, Penyair Muda Jawa Timur an) Tanpa Cinta dengan profesi kita. Kita memang tak membuahkan apa-apa. Hanya getah dan busa tak bermakna Yang kita wariskan. Dan, itu racun bagi anak didik kita! Mengapa kita tak meracik anti virus (Buku) yang menyehatkan Dan membahagiakan anak-didik kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar