Pengertian numerasi merupakan kemampuan yang dibutuhkan agar seseorang tepat dalam menghitung, baik itu menghitung pelajaran, menghitung uang, menghitung belanjaan, menghitung jumlah suatu benda, mengukur tinggi badan dan berat badan, dan lain sebagainya sehingga kemampuan ini biasanya akan dipelajari saat Anda masih duduk di bangku sekolah.
Tapi sebenarnya pengertian numerasi lebih luas dari itu. Tidak hanya sekadar mampu menguasai bidang matematika saja, tetapi numerasi ini juga berguna untuk diterapkan di berbagai situasi di luar sekolah misalnya dalam memecahkan sebuah masalah, melakukan pemikiran kritis, dan juga memahami berbagai konteks non-matematis.
Secara sederhana, pengertian dari numerasi merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan sebuah konsep bilangan dan juga keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari dan juga kemampuan untuk menginterpretasikan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.
Kemampuan numerasi tersebut dapat ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan mampu dengan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis agar dapat memenuhi tuntutan kehidupan. Keterampilan tersebut dapat juga merujuk ke arah apresiasi dan pemahaman informasi yang dapat dinyatakan secara matematis, misalnya melalui bagan, grafik, atau tabel.
Numerasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan seorang siswa untuk menggunakan matematika ke dalam berbagai situasi, termasuk mengenai pengenalan dan juga pemahaman matematika di dunia, serta bertujuan agar memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut sesuai dengan tujuannya.
Menurut Puspendik Kemdikbud, numerasi diartikan sebagai kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
Artinya, kemampuan numerasi atau berhitung ini mengacu kepada kemampuan seseorang dalam menggunakan, menafsirkan, dan juga melakukan komunikasi informasi matematika agar dapat memecahkan masalah yang ada di dalam dunia nyata.
Dengan adanya kelebihan dan manfaat tersebut, tentu saja seseorang akan dituntut memiliki kemampuan berhitung agar dapat diaplikasikan secara maksimal menggunakan potensi yang ada dan memberikan kontribusi yang positif di lingkungan yang lebih luas, misalnya di dunia kerja.
Di dunia kerja, keterampilan berhitung ini sangat dibutuhkan untuk melakukan pengambilan keputusan dalam melakukan penafsiran data berdasarkan pada pengukuran dan juga pemahaman mengenai data yang terdapat di dalamnya.
Sementara itu, bagi siswa kemampuan literasi bermanfaat untuk menghitung hal lain selain pelajaran. Misalnya untuk berangkat sekolah, jam berapakah siswa tersebut harus berangkat dari rumah dengan mempertimbangkan jarak dan waktu tempuh, dan lain sebagainya.
Dari berbagai contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan numerasi tidak hanya bermanfaat untuk menghitung soal yang ada di atas kertas ujian saja tetapi juga dapat digunakan untuk beradaptasi di tingkat kehidupan yang lebih luas, misalnya dunia kerja atau kehidupan sehari-hari.
Pengertian Numerasi Menurut Ahli
Selain pengertian secara umum, tentu saja para ahli memiliki pandangan masing-masing mengenai pengertian dari kemampuan literasi. Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai pengertian dari numerasi.
1. Susanto dkk (2017: 3)
Menurut Susanto, Han, dkk, kemampuan numerasi merupakan kemampuan untuk menerapkan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, dirumah, pekerjaan dalam kehidupan masyarakat, dan kemampuan untuk menjelaskan suatu informasi yang terdapat di sekitar kita.
2. Qasim, Kadir, dan Awaludin (2015: 101)
Menurut Qasim, Kadir, dan Awaludin, kemampuan numerasi dalam PISA (Programme for International Student Assessment) adalah fokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisis, memberikan alasan, dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi.
3. Cockroft (1982)
Cockroft mengungkapkan bahwa numerasi merupakan a word to represent the mirror image of literacy. Menurutnya, numerasi mengandung dua hal pokok yaitu kemampuan menggunakan keterampilan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan apresiasi dan memahami informasi yang disajikan dalam istilah matematika.
4. Geiger, Good dan Forgasz (2015)
Geiger, Good dan Forgasz berpendapat bahwa numerasi merupakan istilah yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengakomodasi tuntutan matematika dalam kehidupan pribadi dan sosial juga untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat sebagai warga negara yang terinformasi, reflektif, dan berkontribusi.
Pentingnya Literasi Numerasi
Literasi numerasi penting untuk dikuasai bagi siapa pun karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa manfaat atau pentingnya literasi numerasi, khususnya bagi peserta didik.
- Literasi numerasi penting sebagai pengetahuan dan juga kecakapan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan kegiatan dengan baik.
- Literasi numerasi penting untuk melakukan perhitungan dan penafsiran terhadap data yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
- Literasi numerasi penting untuk mengambil keputusan yang tepat di dalam setiap aspek kehidupannya.
Cara Meningkatkan Literasi Numerasi
Agar Anda mampu memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik, maka diperlukan melakukan strategi untuk meningkatkan literasi numerasi. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi numerasi.
1. Menggabungkan Kata dengan Angka di Dalam Percakapan
Strategi atau cara pertama untuk meningkatkan literasi numerasi adalah dengan menggabungkan kata dan angka dalam percakapan. Misalnya ketika Anda menyajikan informasi numerik, misalnya jumlah atau rasio, usahakan menghindari penggunaan kata-kata yang langka, rendah, atau umum karena memiliki arti berbeda bagi setiap orang sehingga muncul ambiguitas.
Gabungkan dengan angka yang memberikan pemahaman yang lengkap agar mampu menafsirkan makna dengan baik dan mampu memberikan informasi deskriptif untuk menempatkan informasi numerik dalam konteks yang sesuai.
2. Menerapkan Konsep Matematika dalam Berbagai Kegiatan
Cara kedua yakni Anda bisa mengaplikasikan informasi numerik ke dalam kegiatan yang dekat dengan aktivitas seseorang, khususnya siswa. Jadikan kegiatan berhitung sebagai bagian dari aktivitas. Dengan demikian, Anda mampu meningkatkan literasi numerasi dengan menggunakan pendekatan yaitu cara berpikir, pemecahan masalah, dan pemahaman konsep.
3. Melakukan Permainan
Literasi numerik juga bisa dikembangkan dengan melibatkan permainan atau teka-teki. Meski cara ini sangat beragam dan luas, akan tetapi dengan menggunakan permainan ini, maka seseorang mampu memiliki dorongan ketertarikan pada angka sehingga mampu meningkatkan literasi numeriknya.
Permainan ini juga bisa digunakan untuk mengenalkan konsep dasar matematika dan juga mengajarkan cara mengurutkan atau mengambil keputusan secara sistematis.
Literasi, Apa?
Istilah literasi berasal dari bahasa latin “literatus”, yang berarti orang yang belajar. Itu berarti, literasi bertumpu pada adanya kesadaran belajar seseorang untuk memahami realitas yang ada dalam kehidupan hingga mampu mentransformasikannya ke dalam perilaku sehari-hari. Dengan kata lain, literasi dapat dimaknakan sikap terhadap realitas. Misalnya, Covid-19 adalah sebuah realitas. Maka seseorang yang literat semestinya harus patuh kepada protokol Kesehatan 3M (Memakai masker – mencuci tangan – menjaga jarak), bukan sebaliknya.
Dulu, memang literasi dipahami sebatas kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih tepatnya, literasi adalah istilah yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, termasuk kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam konteks ini, literasi menyangkut kemampuan berbahasa dan berpikir.
Sesuai dengan dinamika yang berkembang, literasi pun berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Maka kini, literasi sudah mengalami perluasan makna yang menyangkut “kecakapan hidup” dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Literasi yang merambah pada praktik pendidikan, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi. Oleh karena itu, Education Development Center (EDC) menyebut literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya, lebih dari sekadar kemampuan baca tulis.
Sekali lagi, menurut saya, literasi adalah kesadaran untuk belajar dan memahami realitas yang ada sehingga mampu mentransformasikan ke dalam perilaku nyata yang lebih baik. Mau tidak mau, tingkat literasi seseorang harus memiliki orientasi pada 5 (lima) perilaku yaitu: 1) memahami, 2) melibatkan, 3) menggunakan, 4) menganalisis, dan 5) mentransformasi teks.
Jadi dengan tegas, literasi pastinya merujuk pada “kompetensi dan kecakapan” seseorang dalam menyeimbangkan pikiran dan perilaku, mampu adapatsi terhadap perubahan, dan terpenting mampu memecahkan masalah dalam realitas kehidupan sehari-hari. Maka sangat jelas, literasi lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis.
Seseorang dapat disebut literat, bila memiliki kompetensi dan kecakapan hidup. Orang yang berdaya dan memberdayakan keadaan atas dasar kesadaran belajar, kemampuan memahami realitas, dan mampu mentransformasikan pikiran ke dalam perilaku sehari-hari. Seseorang yang literat pasti memiliki 3 (tiga) ciri, yaitu: 1) hidupnya adaptif, 2) kontibusinya positif, dan 3) manfaatnya solutif.
Bangsa yang literat dibentuk dari masyarakat yang literat. Masyarakat yang literat, tentu dibangun dari individu-individu yang literat. Di tengah era digital dan revolusi industri 4.0, ada 3 (tiga) fokus pendidikan sebagai diskursus literasi, yaitu: 1) literasi dasar, 2) kompetensi, dan 3) kualitas karakter.
Literasi dasar mencakup 6 (enam) hal, yaitu; 1) literasi baca-tulis, 2) literasi numerasi, 3) literasi sains, 4) literasi digital, 5) literasi finansial, dan 6) literasi budaya dan kewargaan. Berbekal literasi dasar itulah akan terbentuk 4 (empat) kompetensi yang mencakup 1) kemampuan berpikir kritis, 2) kreativitas, 3) komunikasi, dan 4) kolaborasi. Sehingga dampak besar dari budaya literasi adalah meningkatnya kualitas karakter menjadi lebih: 1) religius, 2) nasionalis, 3) mandiri, 4) gotong royong, dan 5) integritas.
Bila mekanisme literasi tersebut dapat dicapat, maka bukan omong kosong peradaban suatu bangsa akan memuncak pada budaya literasi, lahirnya masyarakat yang literat. Dalam skala kecil, literasi terjadi bila tidak ada lagi hoaks atau ujaran kebencian.
Namun patut diketahui, puncak dati budaya literasi adalah perilaku atau perbuatan. Bukan sekadar wacana atau topik diskusi. Literasi membutuhkan aksi nyata, butuh kesadaran, bahkan butuh kolaborasi. Semua pihak, di manapun, bertanggung jawab atas tercipta atau tidaknya budaya literasi di masyarakat.
Maka untuk literasi harus ada kreasi. Tidak cukup hanya niat baik namun harus ada aksi nyata.
Literasi adalah salah satu hal terpenting dalam sejarah manusia. Berkat literasi, manusia bisa semaju sekarang. Sebab, tujuan dari literasi adalah untuk “memindahkan” pengetahuan dari generasi lalu ke generasi mendatang.
Coba deh bayangkan kalau gak ada huruf abjad tertulis, orang zaman dulu tentu bakal repot banget karena jika mereka ingin menjelaskan sesuatu ke generasi muda, penjelasan harus dilakukan secara lisan dan bertemu langsung.
Makanya sering ada ungkapan bahwa “buku adalah jendela ilmu”. Karena pada zaman dulu, kalau kamu mau mencari ilmu ya kamu harus banyak membaca buku. Zaman sekarang sih enak, kamu bisa menjelajahi dunia maya. Bahkan kamu bisa saja tidak usah membaca sama sekali. Kamu tinggal menonton video atau mendengar podcast sebagai salah satu sarana mendapat ilmu. Ini membuat tujuan literasi agak bergeser di era modern.
Tujuan literasi, antara lain:
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca berbagai informasi bermanfaat.
- Membantu meningkatkan pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca.
- Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya tulis.
- Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik di dalam diri seseorang.
- Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis.
- Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas.
- Meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat.
Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
- Membentuk budaya literasi di lingkungan sekolah.
- Meningkatkan insan literat di lingkungan sekolah.
- Meningkatkan pengelolaan pengetahuan di lingkungan sekolah melalui sekolah ramah anak yang menyenangkan.
- Menjadi wadah untuk menumbuhkan strategi membaca, sehingga keberlanjutan pembelajaran bisa selalu dihadirkan.
Manfaat Literasi Antara Lain:
- Menambah perbendaharaan kata dan kosa kata.
- Mengoptimalkan kinerja otak, karena otak jadi sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis.
- Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.
- Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
- Kemampuan dalam memahami suatu informasi akan semakin meningkat.
- Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
- Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.
- Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi seseorang.
- Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata yang bermakna dan menulis.
Manfaat gerakan literasi sekolah adalah sebagai berikut.
- Memperkaya pengetahuan kosa kata.
- Meningkatkan pemahaman mata pelajaran Bahasa Indonesia.
- Menambah informasi dan wawasan baru.
- Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menulis dan menyusun kata-kata.
- Mengasah daya ingat melalui membaca.
- Meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang muncul di media.
Prinsip Literasi Sekolah
Prinsip literasi sekolah merupakan pedoman yang mendasari gerakan literasi sekolah. Adapun prinsip literasi sekolah adalah sebagai berikut.
- Literasi sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya.
- Pelaksanaannya harus berimbang dengan berbagai jenis/ragam teks serta memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan peserta didik.
- Berlangsung secara terintegrasi dan menyeluruh untuk semua kurikulum.
- Literasi sekolah harus dijalankan secara berkelanjutan.
- Literasi harus disertai kegiatan kecakapan dalam berkomunikasi secara lisan.
- Dilakukan dengan mempertimbangkan keberagaman.
Komponen Literasi Sekolah
Literasi sekolah terdiri dari enam komponen. Adapun komponen literasi sekolah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Komponen literasi usia dini
Pada komponen literasi usia dini, pihak yang harus ikut aktif berperan adalah orang tua, keluarga, guru PAUD, dan pengasuh (jika ada).
2. Komponen literasi dasar
Pada komponen literasi dasar, pihak yang harus ikut aktif berperan adalah pendidikan formal.
3. Komponen literasi perpustakaan
Pada komponen literasi perpustakaan, pendidikan formal adalah pihak yang harus ikut aktif berperan.
4. Komponen literasi teknologi
Di era digital seperti sekarang ini, arus teknologi tidak dapat dibendung. Kemampuan literasi setiap anak harus selalu ditingkatkan agar tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang tidak benar. Oleh karena itu, komponen literasi teknologi harus melibatkan peran pendidikan formal dan keluarga.
5. Komponen literasi media
Arus informasi yang disampaikan melalui media tidak bisa diterima mentah-mentah begitu saja. Seringkali, Bapak/Ibu mendapatkan berita hoax yang menyesatkan. Oleh karena itu, komponen literasi media ini harus melibatkan pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial.
6. Literasi visual
Komponen literasi visual membutuhkan peran aktif pendidikan formal dan lingkungan sosial.